Sabtu, 20 Maret 2010

sedekah tidak harus dengan uang

Sesungguhnya tiap-tiap tasbih adalah shodaqoh, tiap-tiap tahmid adalah shodaqoh, tiap-tiap tahlil adalah shodaqoh, menyuruh kepada kebaikan adalah shodaqoh, mencegah kemungkaran adalah shodaqoh dan persetubuhan salah seorang di antara kamu (dengan istrinya) adalah shodaqoh.
عَنْ أَبِى ذَرٍّ أَنَّ نَاسًا مِنْ أَصْحَابِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالُوا لِلنَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- يَا رَسُولَ اللَّهِ ذَهَبَ أَهْلُ الدُّثُورِ بِالأُجُورِ يُصَلُّونَ كَمَا نُصَلِّى وَيَصُومُونَ كَمَا نَصُومُ وَيَتَصَدَّقُونَ بِفُضُولِ أَمْوَالِهِمْ. قَالَ « أَوَلَيْسَ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لَكُمْ مَا تَصَّدَّقُونَ إِنَّ بِكُلِّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةً وَكُلِّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلِّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلِّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْىٌ عَنْ مُنْكَرٍ صَدَقَةٌ وَفِى بُضْعِ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ ». قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيَأْتِى أَحَدُنَا شَهْوَتَهُ وَيَكُونُ لَهُ فِيهَا أَجْرٌ قَالَ « أَرَأَيْتُمْ لَوْ وَضَعَهَا فِى حَرَامٍ أَكَانَ عَلَيْهِ فِيهَا وِزْرٌ فَكَذَلِكَ إِذَا وَضَعَهَا فِى الْحَلاَلِ كَانَ لَهُ أَجْرٌ
Dari Abu Dzar radhiyallahu 'anhu, ia berkata, “Sesungguhnya sebagian dari para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Wahai Rasulullah, orang-orang kaya lebih banyak mendapat pahala, mereka mengerjakan shalat sebagaimana kami shalat, mereka berpuasa sebagaimana kami berpuasa, dan mereka bershodaqoh dengan kelebihan harta mereka”. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bukankah Allah telah menjadikan bagi kamu sesuatu untuk bershodaqaoh? Sesungguhnya tiap-tiap tasbih adalah shodaqoh, tiap-tiap tahmid adalah shodaqoh, tiap-tiap tahlil adalah shodaqoh, menyuruh kepada kebaikan adalah shodaqoh, mencegah kemungkaran adalah shodaqoh dan persetubuhan salah seorang di antara kamu (dengan istrinya) adalah shodaqoh “. Mereka bertanya, “ Wahai Rasulullah, apakah (jika) salah seorang di antara kami memenuhi syahwatnya, ia mendapat pahala?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Tahukah engkau jika seseorang memenuhi syahwatnya pada yang haram, dia berdosa. Demikian pula jika ia memenuhi syahwatnya itu pada yang halal, ia mendapat pahala”. (HR. Muslim no. 2376)
:: PENJELASAN DAN FAEDAH HADITS ::

Para Shahabat Bersemangat Dalam Melakukan Kebaikan

Kita dapat melihat dalam hadits ini bahwa para shahabat radhiyallahu ‘anhum ajma’in sangat bersemangat dalam melakukan kebaikan dan saling berlomba-lomba dalam melakukan amal kebaikan dan amal sholih. Setiap di antara mereka ingin mendapatkan sebagaimana yang didapati oleh yang lainnya.
Dalam hadits ini terlihat bahwa shahabat-shahabat yang miskin mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka mengadukan kepada beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengenai orang-orang kaya yang sering membawa banyak pahala karena sering bersedekah dengan kelebihan harta mereka. Namun, pengaduan mereka ini bukanlah hasad (iri) dan bukanlah menentang takdir Allah. Akan tetapi, maksud mereka adalah untuk bisa mengetahui amalan yang bisa menyamai perbuatan orang-orang kaya. Shahabat-shahabat yang miskin ingin agar amalan mereka bisa menyamai orang kaya yaitu dalam hal sedekah walaupun mereka tidak memiliki harta. Akhirnya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan mereka solusi bahwa bacaan dzikir, amar ma’ruf nahi mungkar, dan berhubungan mesra dengan istri bisa menjadi sedekah.

Marilah Gemar untuk Bersedekah

Dalam hadits ini, kita dapat melihat bahwa shahabat-shahabat yang kaya gemar sekali untuk berinfak dengan kelebihan harta mereka. Untuk lebih memotivasi kita untuk banyak berinfak, kita dapat melihat pada firman Allah Ta’ala,
مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِئَةُ حَبَّةٍ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ

“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al Baqarah [2] : 261)
Inilah permisalan yang Allah gambarkan yang menunjukkan berlipat gandanya pahala orang yang berinfak di jalan Allah dengan selalu selalu mengharap ridho-Nya. Dan ingatlah bahwa setiap kebaikan akan dibalas 10 hingga 700 kali lipat.
Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengatakan, “Ayat ini merupakan isyarat bahwa setiap amal sholih yang dilakukan akan diiming-imingi pahala yang berlimpah bagi pelakunya. Sebagaimana Allah mengiming-imingi tanaman bagi siapa yang menanamnya di tanah yang baik (subur).”

Sedekah, Tidak Hanya Berupa Harta

Dapat kita lihat dalam hadits ini bahwa suri tauladan kita –Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam- memberikan petunjuk kepada kita bahwa sedekah bukanlah hanya dengan harta sehingga orang-orang miskin pun bisa melakukannya. Di sini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan bahwa bentuk sedekah yang lainnya adalah dengan bacaan tasbih yaitu dzikir Subhanallah, bacaan takbir yaitu dzikir Allahu akbar, bacaan tahmid yaitu dzikir Alhamdulillah, dan bacaan tahlil yaitu dzikir Laa ilaha illallah. Begitu juga termasuk sedekah adalah mengajak orang lain yang lalai untuk melakukan ketaatan dan melarang orang lain dari perbuatan yang mungkar.
Perbuatan ini semua termasuk sedekah yang mampu dilakukan oleh orang miskin dan bisa dilakukan setiap saat. Sedangkan, orang kaya hanya mungkin dapat bersedekah pada satu waktu dan bukan setiap saat.

Berhubungan Intim dengan Istri Juga Termasuk Sedekah

Dalam hadits ini juga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan di antara bentuk sedekah yang lain adalah jima’ (bersenggama) dengan istri.
Namun, tatkala Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memaparkan yang demikian, para shahabat langsung timbul tanda tanya. Bagaimana bisa seseorang mendatangi istrinya dengan syahwat termasuk sedekah?
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab keraguan dari para shahabat ini dengan menggunakan qiyas bil’aqsi (analogi yang berkebalikan). Yaitu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan “Tahukah engkau jika seseorang memenuhi syahwatnya pada yang haram, dia berdosa. Demikian pula jika ia memenuhi syahwatnya itu pada yang halal, ia mendapat pahala.”
Ada perkataan yang sangat bagus sekali dari An Nawawi tatkala menjelaskan makna hadits ini.

Beliau rahimahullah mengatakan, “Ketahuilah bahwa syahwat jima’ adalah syahwat yang paling disukai oleh para Nabi ‘alaihimush sholatu was salam dan orang-orang sholih. Mereka mengatakan,’Karena di dalam syahwat tersebut terdapat maslahat (manfaat) diniyyah (agama) dan duniawiyyah (dunia) di antaranya adalah bisa menjaga pandangan, menahan diri dari zina, bisa menghasilkan anak dan memperbanyak umat ini hingga hari kiamat. Syahwat selain jima’ lebih akan mengeraskan hati sedangkan syahwat jima’ ini lebih akan melembutkan (mententramkan) hati’.” (Dinukil dari Ad Durotus Salafiyyah, hal 186)

Sedekah Ada yang Wajib dan Sunnah

Macam-macam sedekah yang disebutkan di atas yaitu bacaan dzikir dan sebagainya, ada yang wajib dan sunnah.
Bacaan takbir, ada yang wajib dan ada yang tidak wajib. Takbiratul ihram dalam shalat termasuk kewajiban dan bacaan takbir sesudah shalat adalah anjuran (sunnah). Begitu juga dengan bacaan tahlil, tasbih, dan tahmid.
Amar ma’ruf nahi mungkar yaitu memerintahkan kepada ketaatan dan mencegah dari kemungkaran, ini juga ada yang wajib yaitu fardhu ‘ain bagi yang memiliki kemampuan dan ada yang sifatnya fardhu kifayah yaitu apabila sebagian telah melakukkannya dan mencukupi maka yang lain menjadi gugur kewajibannya, juga ada yang hukumnya mustahab (dianjurkan).
Namun, untuk melakukan amar ma’ruf nahi mungkar hendaklah melihat syarat-syarat berikut ini.

Syarat Amar Ma’ruf dan Nahi Mungkar

Amar ma’ruf (memerintahkan kepada ketaatan) harus memiliki dua syarat yaitu :
Pertama, orang yang memerintah harus memiliki ilmu bahwa yang diperintahkan adalah suatu ketaatan. Jika dia tidak memiliki ilmu maka dia tidak boleh beramar ma’ruf. Karena apabila seseorang seseorang beramar ma’ruf padahal dia tidak mengetahui ilmunya (alias ‘jahil atau bodoh’) maka berarti dia telah berkata tentang Allah tanpa ilmu.
Kedua, orang yang memerintah harus mengetahui bahwa orang yang diajak/diperintah telah meninggalkan suatu kewajiban. Jika yang memerintah tidak mengetahuinya, dia harus bertanya terlebih dahulu.
selengkap-nya...:
http://rumaysho.com/belajar-islam/amalan/957-sedekah-tidaklah-mesti-dengan-harta.html

kriteria wanita idaman (2)

Kriteria Ketiga: Berbusana dengan Memenuhi Syarat Pakaian yang Syar’i

Wanita yang menjadi idaman juga sepatutnya memenuhi beberapa kriteria berbusana berikut ini yang kami sarikan dari berbagai dalil Al Qur’an dan As Sunnah.

Syarat pertama: Menutupi seluruh tubuh (termasuk kaki) kecuali wajah dan telapak tangan.

Syarat kedua: Bukan memakai pakaian untuk berhias diri.

Allah Ta’ala berfirman,

وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى

“Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu ber-tabarruj seperti orang-orang jahiliyyah pertama.” (QS. Al Ahzab : 33). Abu ‘Ubaidah mengatakan, “Tabarruj adalah menampakkan kecantikan dirinya.” Az Zujaj mengatakan, “Tabarruj adalah menampakkan perhiasaan dan setiap hal yang dapat mendorong syahwat (godaan) bagi kaum pria.”[8]

Syarat ketiga: Longgar, tidak ketat dan tidak tipis sehingga tidak menggambarkan bentuk lekuk tubuh.

Syarat keempat: Tidak diberi wewangian atau parfum. Dari Abu Musa Al Asy’ary bahwanya ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَيُّمَا امْرَأَةٍ اسْتَعْطَرَتْ فَمَرَّتْ عَلَى قَوْمٍ لِيَجِدُوا مِنْ رِيحِهَا فَهِيَ زَانِيَةٌ

“Seorang perempuan yang mengenakan wewangian lalu melalui sekumpulan laki-laki agar mereka mencium bau harum yang dia pakai maka perempuan tersebut adalah seorang pelacur.”[9]


Syarat kelima: Tidak menyerupai pakaian pria atau pakaian non muslim.
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu berkata,

“Rasulullah melaknat kaum pria yang menyerupai kaum wanita dan kaum wanita yang menyerupai kaum pria.”[12]

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,

مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ

”Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka”.[13]

Inilah di antara beberapa syarat pakaian wanita yang harus dipenuhi. Inilah wanita yang pantas dijadikan kriteria.

Kriteria keempat: Betah Tinggal di Rumah

Di antara yang diteladankan oleh para wanita salaf yang shalihah adalah betah berada di rumah dan bersungguh-sungguh menghindari laki-laki serta tidak keluar rumah kecuali ada kebutuhan yang mendesak. Hal ini dengan tujuan untuk menyelamatkan masyarakat dari godaan wanita yang merupakan godaan terbesar bagi laki-laki.

Allah Ta’ala berfirman,

وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى

“Dan tinggallah kalian di dalam rumah-rumah kalian dan janganlah kalian berdandan sebagaimana dandan ala jahiliah terdahulu” (QS Al Ahzab: 33).

Ibnu Katsir ketika menjelaskan ayat di atas mengatakan, “Hendaklah kalian tinggal di dalam rumah-rumah kalian dan janganlah kalian keluar rumah kecuali karena ada kebutuhan”.[14]

Disebutkan bahwa ada orang yang bertanya kepada Saudah -istri Rasulullah-, “Mengapa engkau tidak berhaji dan berumrah sebagaimana yang dilakukan oleh saudari-saudarimu (yaitu para istri Nabi yang lain, pent)?” Jawaban beliau, “Aku sudah pernah berhaji dan berumrah, sedangkan Allah memerintahkan aku untuk tinggal di dalam rumah”. Perawi mengatakan, “Demi Allah, beliau tidak pernah keluar dari pintu rumahnya kecuali ketika jenazahnya dikeluarkan untuk dimakamkan”. Sungguh moga Allah ridha kepadanya.

Ibnul ‘Arabi bercerita, “Aku sudah pernah memasuki lebih dari seribu perkampungan namun aku tidak menjumpai perempuan yang lebih terhormat dan terjaga melebihi perempuan di daerah Napolis, Palestina, tempat Nabi Ibrahim dilempar ke dalam api. Selama aku tinggal di sana aku tidak pernah melihat perempuan di jalan saat siang hari kecuali pada hari Jumat. Pada hari itu para perempuan pergi ke masjid untuk ikut shalat Jumat sampai masjid penuh dengan para perempuan. Begitu shalat Jumat berakhir mereka segera pulang ke rumah mereka masing-masing dan aku tidak melihat satupun perempuan hingga hari Jumat berikutnya”.[15]

Dari Abdullah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Sesungguhnya perempuan itu aurat. Jika dia keluar rumah maka setan menyambutnya. Keadaan perempuan yang paling dekat dengan wajah Allah adalah ketika dia berada di dalam rumahnya”.[16]

Kriteria Kelima: Memiliki Sifat Malu

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الْحَيَاءُ لاَ يَأْتِى إِلاَّ بِخَيْرٍ

“Rasa malu tidaklah mendatangkan kecuali kebaikan.”[17]

Kriteria ini juga semestinya ada pada wanita idaman. Contohnya adalah ketika bergaul dengan pria. Wanita yang baik seharusnya memiliki sifat malu yang sangat. Cobalah perhatikan contoh yang bagus dari wanita di zaman Nabi Musa ‘alaihis salam. Allah Ta’ala berfirman,

“Dan tatkala ia sampai di sumber air negeri Mad-yan ia menjumpai di sana sekumpulan orang yang sedang meminumkan (ternaknya), dan ia men- jumpai di belakang orang banyak itu, dua orang wanita yang sedang menghambat (ternaknya). Musa berkata: "Apakah maksudmu (dengan berbuat begitu)?" Kedua wanita itu menjawab: "Kami tidak dapat meminumkan (ternak kami), sebelum pengembala-pengembala itu memulangkan (ternaknya), sedang bapak kami adalah orang tua yang telah lanjut umurnya". Maka Musa memberi minum ternak itu untuk (menolong) keduanya.” (QS. Qashash: 23-24). Lihatlah bagaimana bagusnya sifat kedua wanita ini, mereka malu berdesak-desakan dengan kaum lelaki untuk meminumkan ternaknya. Namun coba bayangkan dengan wanita di zaman sekarang ini!

Tidak cukup sampai di situ kebagusan akhlaq kedua wanita tersebut. Lihatlah bagaimana sifat mereka tatkala datang untuk memanggil Musa 'alaihis salaam; Alloh melanjutkan firman-Nya,

"Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang dari kedua wanita itu berjalan penuh rasa malu, ia berkata, 'Sesungguhnya bapakku memanggil kamu agar ia memberikan balasan terhadap (kebaikan)mu memberi minum (ternak) kami.'" (QS. Al Qashash : 25)

Ayat yang mulia ini,menjelaskan bagaimana seharusnya kaum wanita berakhlaq dan bersifat malu. Allah menyifati gadis wanita yang mulia ini dengan cara jalannya yang penuh dengan rasa malu dan terhormat.

Amirul Mukminin Umar bin Khoththob rodiyallohu 'anhu mengatakan, "Gadis itu menemui Musa 'alaihis salaam dengan pakaian yang tertutup rapat, menutupi wajahnya." Sanad riwayat ini shahih.[18]

Kisah ini menunjukkan bahwa seharusnya wanita selalu memiliki sifat malu ketika bergaul dengan lawan jenis, ketika berbicara dengan mereka dan ketika berpakaian.

Demikianlah kriteria wanita yang semestinya jadi idaman. Namun kriteria ini baru sebagian saja. Akan tetapi, kriteria ini semestinya yang dijadikan prioritas.

Intinya, jika seorang pria ingin mendapatkan wanita idaman, itu semua kembali pada dirinya. Ingatlah: ”Wanita yang baik untuk laki-laki yang baik”. Jadi, hendaklah seorang pria mengoreksi diri pula, sudahkah dia menjadi pria idaman, niscaya wanita yang ia idam-idamkan di atas insya Allah menjadi pendampingnya. Inilah kaedah umum yang mesti diperhatikan.

Semoga Allah memudahkan kita untuk selalu mendapatkan keberkahan dalam hidup ini.

Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna.

Baca pula artikel "Bukan Pria Idaman".

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal

Artikel http://rumaysho.com

kriteria wanita idaman (1)

Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga, para sahabat dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik hingga akhir zaman.

Setelah sebelumnya kita mengkaji siapakah pria yang mesti dijauhi dan tidak dijadikan idaman maupun idola, maka untuk kesempatan kali ini kita spesial akan membahas wanita. Siapakah yang pantas menjadi wanita idaman? Bagaimana kriterianya? Ini sangat perlu sebelum melangkah ke jenjang pernikahan, sehingga si pria tidak salah dalam memilih. Begitu juga kriteria ini dimaksudkan agar si wanita bisa selalu introspeksi diri. Semoga bermanfaat.

Kriteria Pertama: Memiliki Agama yang Bagus

Inilah yang harus jadi kriteria pertama sebelum kriteria-kriteria lainnya. Tentu saja wanita idaman memiliki aqidah yang bagus, bukan malah aqidah yang salah jalan. Seorang wanita yang baik agamanya tentu saja tidak suka membaca ramalan-ramalan bintang seperti zodiak dan shio. Karena ini tentu saja menunjukkan rusaknya aqidah wanita tersebut. Membaca ramalan bintang sama halnya dengan mendatangi tukang ramal. Bahkan ini lebih parah dikarenakan tukang ramal sendiri yang datang ke rumahnya dan ia bawa melalui majalah yang memuat berbagai ramalan bintang setiap pekan atau setiap bulannya. Jika cuma sekedar membaca ramalan tersebut, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam katakan,

مَنْ أَتَى عَرَّافًا فَسَأَلَهُ عَنْ شَىْءٍ لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلاَةٌ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً

“Barangsiapa yang mendatangi tukang ramal, lalu ia bertanya mengenai sesuatu, maka shalatnya tidak diterima selama 40 malam.”[1] Jika sampai membenarkan ramalan tersebut, lebih parah lagi akibatnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ أَتَى كَاهِناً أَوْ عَرَّافاً فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُولُ فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ

“Barangsiapa mendatangi dukun atau tukang ramal, lalu ia membenarkan apa yang mereka katakan, maka ia telah kufur pada Al Qur’an yang diturunkan pada Muhammad.”[2]

Begitu pula ia paham tentang hukum-hukum Islam yang berkenaan dengan dirinya dan juga untuk mengurus keluarga nantinya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga memerintahkan seorang pria untuk memilih perempuan yang baik agamanya. Beliau bersabda,

تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ لأَرْبَعٍ لِمَالِهَا وَلِحَسَبِهَا وَجَمَالِهَا وَلِدِينِهَا ، فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّينِ تَرِبَتْ يَدَاكَ

“Perempuan itu dinikahi karena empat faktor yaitu agama, martabat, harta dan kecantikannya. Pilihlah perempuan yang baik agamanya. Jika tidak, niscaya engkau akan menjadi orang yang merugi”.[3]

Perhatikanlah kisah berikut yang menunjukkan keberuntungan seseorang yang memilih wanita karena agamanya.

Yahya bin Yahya an Naisaburi mengatakan bahwa beliau berada di dekat Sufyan bin Uyainah ketika ada seorang yang menemui Ibnu Uyainah lantas berkata, “Wahai Abu Muhammad, aku datang ke sini dengan tujuan mengadukan fulanah -yaitu istrinya sendiri-. Aku adalah orang yang hina di hadapannya”. Beberapa saat lamanya, Ibnu Uyainah menundukkan kepalanya. Ketika beliau telah menegakkan kepalanya, beliau berkata, “Mungkin, dulu engkau menikahinya karena ingin meningkatkan martabat dan kehormatan?”. “Benar, wahai Abu Muhammad”, tegas orang tersebut. Ibnu Uyainah berkata,

مَنْ ذَهَبَ إِلىَ العِزِّ اُبْتُلِيَ بِالذَّلِّ وَمَنْ ذَهَبَ إِلَى الماَلِ اُبْتُلِيَ بِالفَقْرِ وَمَنْ ذَهَبَ إِلىَ الدِّيْنِ يَجْمَعُ اللهُ لَهُ العِزَّ وَالماَلَ مَعَ الدِّيْنِ

“Siapa yang menikah karena menginginkan kehormatan maka dia akan hina. Siapa yang menikah karena cari harta maka dia akan menjadi miskin. Namun siapa yang menikah karena agamanya maka akan Allah kumpulkan untuknya harta dan kehormatan di samping agama”.

Kemudian beliau mulai bercerita, “Kami adalah empat laki-laki bersaudara, Muhammad, Imron, Ibrahim dan aku sendiri. Muhammad adalah kakak yang paling sulung sedangkan Imron adalah bungsu. Sedangkan aku adalah tengah-tengah. Ketika Muhammad hendak menikah, dia berorientasi pada kehormatan. Dia menikah dengan perempuan yang memiliki status sosial yang lebih tinggi dari pada dirinya. Pada akhirnya dia jadi orang yang hina. Sedangkan Imron ketika menikah berorientasi pada harta. Karenanya dia menikah dengan perempuan yang hartanya lebih banyak dibandingkan dirinya. Ternyata, pada akhirnya dia menjadi orang miskin. Keluarga istrinya merebut semua harta yang dia miliki tanpa menyisakan untuknya sedikitpun. Maka aku penasaran, ingin menyelidiki sebab terjadinya dua hal ini.

Tak disangka suatu hari Ma’mar bin Rasyid datang. Kau lantas bermusyawarah dengannya. Kuceritakan kepadanya kasus yang dialami oleh kedua saudaraku. Ma’mar lantas menyampaikan hadits dari Yahya bin Ja’dah dan hadits Aisyah. Hadits dari Yahya bin ja’dah adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Perempuan itu dinikahi karena empat faktor yaitu agama, martabat, harta dan kecantikannya. Pilihlah perempuan yang baik agamanya. Jika tidak, niscaya engkau akan menjadi orang yang merugi” (HR Bukhari dan Muslim). Sedangkan hadits dari Aisyah adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Perempuan yang paling besar berkahnya adalah yang paling ringan biaya pernikahannya” (HR Ahmad no 25162, menurut Syeikh Syu’aib al Arnauth, sanadnya lemah).

Oleh karena itu kuputuskan untuk menikah karena faktor agama dan agar beban lebih ringan karena ingin mengikuti sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Di luar dugaan Allah kumpulkan untukku kehormatan dan harta di samping agama.[4]

Inilah kriteria wanita idaman yang patut diperhatikan pertama kali –yaitu baiknya agama- sebelum kriteria lainnya, sebelum kecantikan, martabat dan harta.

Kriteria Kedua: Selalu Menjaga Aurat

Kriteria ini pun harus ada dan jadi pilihan. Namun sayangnya sebagian pria malah menginginkan wanita yang buka-buka aurat dan seksi. Benarlah, laki-laki yang jelek memang menginginkan wanita yang jelek pula.

Ingatlah, sangat bahaya jika seorang wanita yang berpakaian namun telanjang dijadikan pilihan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ يَضْرِبُونَ بِهَا النَّاسَ وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مُمِيلاَتٌ مَائِلاَتٌ رُءُوسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ لاَ يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلاَ يَجِدْنَ رِيحَهَا وَإِنَّ رِيحَهَا لَيُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ كَذَا وَكَذَا

“Ada dua golongan dari penduduk neraka yang belum pernah aku lihat: [1] Suatu kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi untuk memukul manusia dan [2] para wanita yang berpakaian tapi telanjang, berlenggak-lenggok, kepala mereka seperti punuk unta yang miring. Wanita seperti itu tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya, walaupun baunya tercium selama perjalanan sekian dan sekian.”[5] Di antara makna wanita yang berpakaian tetapi telanjang dalam hadits ini adalah:
Wanita yang menyingkap sebagian anggota tubuhnya, sengaja menampakkan keindahan tubuhnya. Inilah yang dimaksud wanita yang berpakaian tetapi telanjang.
Wanita yang memakai pakaian tipis sehingga nampak bagian dalam tubuhnya. Wanita tersebut berpakaian, namun sebenarnya telanjang.[6]

Sedangkan aurat wanita yang wajib ditutupi adalah seluruh tubuhnya kecuali wajah dan telapak tangan.

Allah Ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا

“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mu'min: "Hendaklah mereka mendekatkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al Ahzab [33] : 59). Jilbab bukanlah penutup wajah, namun jilbab adalah kain yang dipakai oleh wanita setelah memakai khimar. Sedangkan khimar adalah penutup kepala.

Allah Ta’ala juga berfirman,

وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا

“Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya.” (QS. An Nuur [24] : 31). Berdasarkan tafsiran Ibnu Abbas, Ibnu Umar, Atho’ bin Abi Robbah, dan Mahkul Ad Dimasqiy bahwa yang boleh ditampakkan adalah wajah dan kedua telapak tangan.[7]

bersambung....

sepenggal kisah cinta yang semu (part2)

- JAWABAN SURAT(untuk) GADIS KEDUA (Bagian 2)-

Saudariku…
Sesungguhnya seorang pemuda yang shalih, jika hatinya cenderung atau jatuh cinta kepada seorang gadis, entah karena mendengar kebaikannya atau karena melihatnya secara tak sengaja maka ia akan segera melamar atau berusaha menikahinya. Dalam hal ini Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda,

“Tidak tampak dua orang yang saling mencintai seperti (yang sudah terikat)dengan pernikahan” (Shahihul Jami’ – 5200)

Dan itu tanpa didahului hubungan khusus sebelumnya, -perhatikanlah masalah ini baik-baik atau dengan mencari penghubung sehingga saling bercakap-cakap dan menumpahkan perasaan, -seperti lewat telepon, surat atau lainnya- tidak pula untuk tujuan agar mengetahui seberapa dalam cinta yang ada di hatinya, juga tidak untuk mengetahui tentangnya secara apa adanya. Semua hal itu tidak akan dilakukan oleh seorang yang shalih.

Seorang yang shalih akan segera melamarnya. Jika pernikahan terjadi maka segala puji bagi Allah dan jika belum juga terlaksana atau ia bukan seorang gadis yang baik agamanya maka hatinya tak akan berharap lagi terhadap gadis yang semua diharapkannya itu. Benar, karena tidak ada gunanya lagi berhubungan dengan gadis itu, apalagi untuk mencintainya atau memikirkannya lebih jauh. Sebab hatinya telah penuh dengan cinta kepada Allah. Jika ia mencintai sesuatu maka ia mencintainya karena Allah. Jika ia membenci, maka kebenciannya itu juga karena Allah.

Jika yang dilihatnya secara tak sengaja itu orang yang sesat, maka tak mungkin ia akan mencintai orang yang dimurkai Allah karena perbuatan-perbuatannya. Tak mungkin ada tempat di hatinya untuk mencintai atau tertawan olehnya, sebab hatinya penuh dengan keta’atan, dzikir dan cinta kepada Allah. Demikian pula sebaliknya bila terjadi pada wanita.

Adalah mustahil hati yang cinta kepada Allah pada saat yang sama bercinta pula dengan lawan jenisnya. Salah satu daripadanya mesti keluar dari hati. Kedua macam cinta itu tak mungkin bertemu di satu hati. Dan orang yang berpaling dari mencintai Allah, niscaya Allah akan mengujinya dengan kecintaan kepada selainnya, lalu ia merana karenanya.

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------

Saudariku…
Biarkanlah saya mengatakan sesuatu kepadamu secara terus terang, supaya anda tidak terbentur atau terjerumus pada keputusasaan dari rahmat Allah. Saya yakin bahwa serigala itu telah merekam percakapanmu dengannya via telepon. Ia lalu memulainya dengan sikap ramah sehingga memuluskan jalan bertemu denganmu. Selanjutnya, -jika belum berhasil- ia akan berdalih ingin menikahimu, yang dengan alasan itu Anda diharapkan memenuhi permintaannya, sehingga Anda keluar dan khalwat (berduaan) dengannya. Jika tidak mungkin juga, ia akan memakai ancaman, jika Anda tidak mau juga maka ia akan mempermalukanmu di hadapan segenap keluarga.

Andaikanlah itu terjadi padamu, sebab siapa yang mengkhianati Allah dan kehormatan umat Islam ia akan melakukan apa saja.

(Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, red.)
”Jika kamu tidak punya rasa malu maka lakukan apa saja yang kamu mau (Shahihul Jami’: 2230).

Saya berharap hal itu tidak terjadi padamu, tetapi tetaplah ia Anda jadikan sebagai pelajaran. Karena itu, sekali-kali janganlah engkau kembali pada maksiat tersebut, menyambutnya dengan percakapan atau keluar rumah di bawah ancaman darinya. Demi Allah, meskipun keluarga Anda mengetahui percakpan dan hubungan yang Anda jalin itu, ia akan jauh lebih ringan daripada Anda keluar rumah bersama pemuda itu, kemudian Anda terjerumus pada perbuatan yang melakukan yang tidak mengetahui kadar dosa dan nistanya kecuali Allah.

Ketahuilah wahai saudaraku, jika Anda bertaubat secara sungguh-sungguh setelah memutuskan jalinan hubungan penyebab dosa itu –dengan segala bentuk dan ragamnya- maka sungguh Allah Yang Maha Pengasih akan menutupi rahasiamu

“Sungguh Allah Maha Pemalu dan Maha Penutup rahasia, mencintai rasa malu dan menutupi rahasia”. (Shahihul Jami’ : 1756)

Jika kita umpamakan keluargamu mengetahui hal itu, tentu akibatnya –dengan izin Allah- akan lebih ringan, dan Allah tidak akan mengecewakanmu. Allah ta’ala berfirman,

“Dan siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya ia akan mengadakan baginya jalan keluar.” (Ath-Thalaq: 2)

“Dan siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan kemudahan baginya dalam urusannya”. (Ath-Thalaq: 4)

Ya, Allah tidak akan mengecewakanmu selama kamu kembali dan bertaubat kepada-Nya, selama engkau berpegang teguh pada kekuatan yang tak mungkin terkalahkan, selama engkau berlindung pada Dzat Yang Maha Perkasa yang tak mungkin dikuasai, selama engkau berdo’a kepada Dzat Yang Maha Pemberi. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Berdo’alah kepada Tuhanmu yang jika menimpamu kemudharatan, lalu engkau berdo’a kepada-Nya, niscaya dihilangkannya darimu. (Berdo’alah) kepada Dzat yang jika engkau tersesat di suatu daerah yang lengang, lalu engkau berdo’a pada-Nya niscay Dia akan mengembalikanmu. (Berdo’alah) kepada Dzat yang jika menimpamu kemarau panjang, lalu engkau berdo’a pada-Nya, niscaya Dia menumbuhkan (tumbuh-tumbuhan) untukmu. ” (Shahihul Jami’: 244).

Ma’afkanlah jika yang kutulis untukmu ini terlalu panjang. Seandainya kedua tanganku mampu menahan dan merenggut apa yang anda lakukan. Namun saya percaya bahwa anda masih memiliki kebaikan karena karunia Allah. Anda seorang gadis Muslimah yang rajin shalat dan puasa. Anda pasti berusaha meninggalkan apa yang diharamkan Allah, dan kelak anda akan menemukan –dengan izin Allah- kebahagiaan pada jalan ini. Jalan taubat, iffah, dan petunjuk. Dan itulah jalan orang-orang shalih.

Saudariku…
Mungkin pada mulanya engkau akan menemui banyak kendala dan kesulitan. Tetapi dengan memohon pertolongan Allah, yakin terhadap janji-Nya serta berdoa kepada-Nya secara sungguh-sungguh, niscaya itu semua cukup untuk menundukkan berbagai kesulitan dan kendala yang Anda hadapi.

Dan waspadalah, setan terkadang menghalangimu dari jalan petunjuk dan taubat, agar kamu kembali seperti semula. Ia mungkin memperdaya dan membuatmu ingin lagi melakukan maksiat. Ia akan mengingatkan masa lalumu sehingga engkau meninggalkan jalan kebenaran dan petunjuk. Jika terbetik godaan-godaan itu maka segeralah berlindung kepada Allah daripadanya.

Terkadang pula, kesedihan dan kepiluan menderamu, lalu setan menakut-nakutimu bahwa engkau akan tetap berada dalam deraan siksa dan sakit, engkau tak akan bisa melupakannya, engkau akan kembali lagi kepadanya sebagaimana sebelumnya engkau telah kembali lagi. Atau ia akan menyatakan bahwa dirimu pasti gagal dalam melakukan taubat, dan engkau akan sampai pada tingkat keputusasaan dari rahmat Tuhanmu.

Ya, jangan sekali-kali engkau mengikuti bisikannya (syaithan red.). ketahuilah, putus asa dari rahmat Allah adalah suatu dosa tersendiri yang justru jauh lebih besar dari dosa yang engkau ingin bertobat darinya, sebab putus asa dari rahmat Allah adalah kufur.

Masalahnya, benarkah sakit yang engkau derita sekarang ini, -sementara engkau berada di pintu taubat serta masih awal perjalanan- akan terus menderamu?

Secara yakin saya katakan, dengan pertolongan Allah, kesedihan itu tidak akan berlanjut, ia akan berakhir. Dan dengan pertolongan Allah pula engkau akan memiliki keinginan baja dan keimanan yang tangguh. Dan dengan modal keduanya engkau akan bisa menghapus masa lalumu, kelalaian dan awan gelap itu akan sirna, berganti dengan kebenaran yang
nyata. Dengan pertolongan Allah, akan terbit fajar keimanan yang menghancurkan kegelapan maksiat.

Ingatlah selalu firman Allah Azza wa Jalla,

“Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan Kami.” (Al-Ankabut: 69)

Karena itu, hendaknya Anda bersungguh-sungguh dan bersabar. Tinggalkanlah hawa nafsu karena Allah, sehingga Anda akan mendapatkan hidayah, dan Allah akan menambah hidayah dan takwa kepadamu.

“Dan orang-orang yang mendapatkan petunjuk, Allah menambah petunjuk kepada mereka dan memberikan kepada mereka (balasan) ketakwaannya” (Muhammad: 17)

Jika takwa telah bersemayam di hati, niscaya ia akan menghanguskan semua syubhat dan nafsu.

Setelah melakukan taubat dan melakukan amal shalih maka bergembiralah dengan kehidupan yang baik.

“Siapa yang mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan dengan keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik.” (An-Nahl: 97)

Saudariku, akhirnya saya ingin membisikkan sesuatu di telingamu:

Anda sekarang berada di masa muda, yang oleh orang-orang disebut “masa penuh bunga”. Berikanlah masa mudamu ini untuk Allah, jangan engkau berikan masa mudamu kepada para serigala, jangan engkau berikan kepada syaithan. Demi Allah, engkau akan ditanya tentangnya, kedua telapak kakimu pada hari kiamat tidak akan bergeser sebelum engkau menjawab tentang lima hal, diantaranya:

“…tentang masa mudanya, untuk apa ia habiskan…” (Shahihul Jami’: 7299)

Apa jawaban yang akan Anda berikan? Karena itu jangan engkau lewatkan kesempatanmu.

“…dan pemuda yang tumbuh dalam ibadah kepada Allah…” (Muttafaqun’Alaih)

Sehingga Anda termasuk tujuh golongan yang Allah berikan perlindungan pada hari yang tidak ada perlindungan selain perlindungan-Nya. Kita harus takut pada masa muda kita, kita harus memperhatikannya, sebab ia sangat cepat berlalu dari kehidupan kita.

Saudariku…
Aku berharap kepada Allah semoga diriku telah bisa mengetuk hatimu, menghilangkan dahagamu dan menenangkan pikiranmu. Aku juga memohon pada-Nya semoga Dia memberikan petunjuk-Nya kepada kita, dan semoga nasehatku ini diterima di sisi-Nya, serta menjadikannya ikhlas hanya karena-Nya semata. Mudah-mudahan Allah menerima keinginanmu yang kuat untuk kembali kepada-Nya, juga menerima taubatmu.

“Dan Dialah yang menerima taubat dari segenap hamba-Nya serta mengampuni dari dosa-dosa dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Asy-Syura: 25)

Jujurlah dengan Rabb-mu, jujurlah dalam taubatmu. Jika Anda ingin, silahkan menjawab suratku ini, sehingga aku mengetahui tentang berita-berita dirimu, juga perkembanganmu. Kemudian terimalah kaset-kaset dan beberapa buku kecil ini sebagai hadiah dariku. Saya berharap Anda memperbanyak mendengarkan dan membaca buku selainnya.

Saya senantiasa menanti surat dari Anda meskipun saya tidak mengetahui siapa nama Anda, cukuplah saya mengetahui bahwa Anda adalah saudariku yang bertaubat.

Saudariku yang bertobat, saya titipkan agama dan kejujuranmu kepada Allah, juga akhir dari segala perbuatanmu.

Dan segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Semoga shalawat dan salam dilimpahkan kepada Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, juga kepada keluarga dan segenap shahabatnya. Amin.

--Ummu ‘Abdirrahman bintu ‘Abdillah--

source : Ummu Yahya Hendrita's note

sepenggal kisah cinta yang semu (part1)

Jawaban Surat Gadis Kedua...(Bagian 1)

by el hanif

Saudariku…

Renungkanlah, Allah sudah demikian banyak menutupi keburukan dirimu. Apakah dirahasiakannya keburukanmu dan dilambatkannya siksa atasmu membuatmu terpedaya? Bukankah anda tidak mengetahui siksa apa yang bakal ditimpakan Allah padamu jika kamu masih terus-menerus melakukan maksiat? Banyak sekali maksiat yang berupa khianat balasannya sangat memalukan –kita memohon kepada Allah agar menyelamtkan kita dari yang demikian-. Masihkan anda ingat kisah yang masih sering disampaikan oleh para khatib dan saya sampaikan pada waktu kuliah? Kisah tentang seorang gadis senang dan yang terus-menerus berpacaran. Ia tidak keluar kecuali bersama seseorang yang dirahasiakan Allah. Selanjutnya laki-laki itu menikahinya, tetapi perempuan itu masih senang bercengkerama dengan laki-laki lain lewat telepon hingga setelah menikah. Dia telah kecanduan duduk dihadapan telepon, sehingga kegiatan itu menjadi suatu kebiasaan baginya. Ia terus melakukannya, dan menganggap hal itu sebagai masalah kecil. Ia memang tidak keluar dan tidak menemui seorang pun.

Tetapi, Maha Suci Allah, siapa yang memberinya tenggang waktu dan merahasiakan perbuatannya? Jika seorang hamba yang melakukan maksiat tidak mau berhenti dan belum juga mau bertaubat maka Allah akan membiarkan dirinya, lalu menggantungkan segalanya kepada kekuatan orang iru sendiri. Kemudian setan pun dengan mudah dapat menguasai dirinya dan ia pun semakin terkurung dengan berbagai keburukannya. Akhirnya setelah melalui rayuan yang berulang kali, perempuan itu mau keluar bersama lelaki penelponnya. Ujung cerita, ia dipaksa melayani nafsu lelaki serigala itu. Perempuan itu memberontak, tetapi ia tak berdaya. Terjadilah perkosaan yang keji itu. Setelah itu –untuk menghilangkan jejak- perempuan malang itu pun dibunuh. Semoga Allah mengampuni kita dan anda, wahai Saudariku.

Terus-menerus melakukan maksiat adalah pertanda bahaya. Karena itu waspadalah wahai saudari yang sedang mencari hidayah. Apakah anda juga belum pernah mendengar peristiwa yang disebutkan oleh salah seorang Syaikh saat beliau datang ke fakultas kita. Ya, tentang seorang wanita yang keluar rumah bersama kekasihnya tanpa sepengetahuan keluarganya. Lalu, terjadilah kecelakaan lalu lintas yang mengerikan. Salah seorang mahramnya yang menyaksikan peristiwa itu mengabarkan kepada saya, darah wanita itu mengalir deras, sedang buku-buku diktat kuliah ada disampingnya, di dalam mobil. Sedang perempuan itu perlahan-lahan mengeluarkan nafasnya yang penghabisan. Ia akhirnya meninggal di rumah sakit. Adapun kawan prianya, tubuhnya remuk dan seketika meninggal di tempat sebelum dibawa ke rumah sakit –kita berlindung kepada Allah dari su’ul khatimah-. Tidakkah saudari berfikir, bahwa sewaktu-waktu malaikat bisa mencabut nyawamu, dan engkau sedang bercengkerama dengan serigala itu? Relakah anda dengan su’ul khatimah seperti ini?

Saudariku.....
Selamatkanlah dirimu dan ingatlah keluargamu.
Wahai ayah-ibuku, wahai saudara-saudariku. Kalian telah memberiku kepercayaan. Aku kini mengkhianati kepercayaan itu, aku telah menipu kalian. Duhai ayah, duhai ibu, jika engkau mengetahui puterimu yang dulu engkau timang-timang, engkau pandang sebagai seorang anak kecil yang bebas dan bersih maka kini dia telah besar dalam pandanganmu. Tetapi, ia kini telah mengkhianatimu, wahai ibu tercinta, wahai yang menjaga kemuliaan dan iffah. Dahulu jika engkau mengetahui apa yang dilakukan oleh puterimu dan dengan siapa dia berbicara? Inilah saya, anak yang mengkhianatimu, dan anda mengira bahwa saya seorang yang bersih dan jujur. Ya, sebagaimana serigala itu menipuku sedang aku mengira dia seorang yang jujur!
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Tanyalah dirimu sendiri wahai gadis yang sedang berpuasa pada bulan yang mulia ini (saya menuliskan surat untuk gadis kedua ini pada bulan Ramadhan, 1412 H). bagaimana aku berpuasa dari yang halal untuk Allah dan aku berbuka dengan sesuatu yang diharamkan atasku? Aku melakukan pembicaraan dengan pemuda asing, duhai alangkah kotor diriku, kenapa semua ini terjadi?

Apakah serigala itu patut mendapatkan harga mahal ini dariku. Aku berikan padanya namaku dan nama keluargaku. Aku korbankan kehormatanku dan aku khianati kepercayaan keluargaku. Aku hidup dalam kebingungan, ketakutan dan kesakitan. Aku takut kelak aku dipermalukan Allah. Aku telah berbuat maksiat kepada Tuhanku. Aku perdengarkan padanya suara lembut penuh mesra, padahal Allah berfirman:

“Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya, dan ucapkanlah perkataan yang baik.” (Al-Ahzab : 32).

Mengapa aku rela dengan pendosa iru, sehingga aku membuat murka Penguasa Langit? Mengapa aku memberinya kenikmatan sementara dia sudah menikmati dari perempuan-perempuan lain yang lalai sepertiku? Dialah orang yang membuatku meremehkan masalah percakapan dengan lawan jenis. Bahkan ia telah mampu mengubah cara pandangku, sehingga aku menganggapnya sebagai soal biasa dan aku tidak merasa kalau sedang berbuat maksiat kepada Allah. Ya, semua itu setelah saya kehilangan banyak rasa maluku karena bersamanya, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,
“Sesungguhnya rasa malu dan iman itu keduanya dipersandingkan. Jika salah satunya diangkat (hilang) maka akan hilang pula yang lain.” (Shahihul Jami’ (1603)).

Bagaimana saya memikirkannya selalu, sedangkan dia adalah orang yang mengajakku agar aku bertemu dengannya, dialah orang yang mengajakku melakukan kemungkaran besar, agar aku menanggalkan hijabku, kemudian iffahku yang hal itu akan mengantarkanku pada Nearaka Jahannam, kecuali jika Allah segera menolongku saat aku ingin melanjutkan kisah baru dari kisah-kisah pacaran yang mengakibatkan dosa, sesuatu yang akhirnya sangat menyakitkan.

Suara saya yang lembut yang ia dengarkan, ungkapan kalimat-kalimat saya yang indah serta segenap cintaku seyogyanya hanyalah aku berikan kepada seorang laki-laki saja. Dia adalah suamiku yang shalih, dalam sebuah bingkai syari’at yang diridhoi Tuhanku. Dan itulah panggilan fitrahku, juga keluargaku. Adapun serigala itu, dia telah mengambil banyak hal dariku. Adapun serigala itu, dia telah mengambil banyak hal dariku. Dan untuk itu aku harus korbankan agama dan rasa maluku. Demikian mahalkah harga yang harus kubayar? Duduklah wahai saudariku, renungkanlah tentang dirimu sendiri, lakukanlah hisab atasnya, cemoohlah dirimu dengan kata-kata di atas, mudah-mudahan dia sadar.

Saudariku, ma’afkanlah saya jika telah bersikap kasar padamu. Demi Allah, ini adalah karena kasih sayangku padamu. Ya, betapa mudahnya engkau kena tipu? Dan sekarang seakan anda berkata, saya telah mengetahui dosa-dosaku, kemana dan dimana saya mendapatkan jalan keselamatan?

Saudariku, dengarlah apa yang kukatakan, berfikirlah secara jernih dan percayalah pada apa yang ada di sisi Allah, yakinlah bahwa Dia Maha Pengampun, Maha Penyayang, tetapi juga siksa-Nya sangat pedih.

Sesungguhnya jalan pertama kali untuk taubat adalah mengakui kesalahan dan dosa. Orang yang tidak mengakui kalau dirinya berdosa dan banyak dan banyak meremehkan di sisi Allah adalah orang yang tidak mau mendapat petunjuk. Ya, akuilah bahwa perbuatanmu itu sebagai suatu maksiat, tidak saja karena dia bisa menjerumuskan kepada perbuatan mungkar, atau yang lebih besar daripada itu, tetapi karena perbuatan itu sendiri merupakan maksiat. Bercakap-cakap dengan pemuda bukan mahram lalu menjalin hubungan khusus dengannya hukumnya adlaah haram. Menyesallah atas masa lalumu dan mohonlah ampun kepada Allah. Segeralah meninggalkan perbuatan burukmu dan teguhkanlah niat untuk tidak kembali lagi melakukan maksiat. Bagaimana anda menginginkan taubat dan lepas dari masa lalu, sedang setiap kali iman anda melemah anda kembali melakukan maksiat yang sama? Putuskanlah hubungan yang mengakibatkan dosa itu, meskipun engkau berdalih bahwa ia sekedar hubungan biasa, dan demi kebebasan. Lalu, kebebasan macam apa jika hubungan itu malah menimbulkan fitnah antara kedua remaja yang berlawanan jenis itu? Karena itu, saat engkau mengangkat gagang telepon, letakkanlah kembali gagang tekepon itu jika yang terdengar di seberang adalah suara pemuda itu. Tutuplah telepon tanpa mengucapkan sepatah kata pun, sehingga masalahnya tidak mengembang. Tutuplah telepon di hadapan muka para serigala pengganggu itu - kita memohon kepada Allah semoga Dia memberi petunjuk kepada mereka dan tidak merusak anak-anak gadis kita.

Islam sangat memperhatikan dalam hal menjauhkan para wanita dari berhubungan dengan laki-laki, juga dari segala sesuatu yang menimbulkan fitnah, Allah memerintahkan para wanita untuk tetap tinggal di dalam rumah dan tidak keluar kecuali untuk suatu keperluan. Ia juga memerintahkan para wanita mengenakan pakaian hijab yang menutup semua badan, melarang mereka lemah lembut dalam berbicara, bercampur baur dengan laki-laki, juga melarang khalwat.

“Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka” (Al-Ahzab: 53).

Kemudian jika Anda mendapati diri dalam keadaan lemah dan cenderung kepada maksiat maka bangkitlah wahai muslimah yang bertaubat, angkatlah kedua telapak tanganmu kepada Allah, meminta dan memohon dengan penuh merendahkan diri agar engkau dijauhkan dari maksiat tersebut. Mintalah kepada-Nya agar Ia membuatmu cinta kepada keimanan, menjadikannya sebagai perhiasan dalam dadamu (dan) agar Ia membuatmu benci terhadap kefasikan dan kemaksiatan, serta agar Ia menjadikanmu di antara orang-orang yang mendapat petunjuk.

Angkatlah kedua telapak tanganmu kepada Rabb-mu, menangislah banyak-banyak, demi Allah engkau terlalu banyak meremehkan di sisi-Nya. Demi Allah, Ia akan mengabulkan permohonanmu. Bagaimana tidak, sedangkan Dia mengabulkan permohonan kita dalam urusan-urusan dunia, apatah lagi terhadap urusan agama kita? Rendahkanlah dirimu dihadapan-Nya, sehingga Ia memalingkanmu dari serigala itu, juga dari maksiat hatimu. Semoga Dia merahasiakan aibmu dan menghilangkan ketakutan, kesakitan dan kebingunganmu, yang semua itu tidak terjadi kecuali karena engkau jauh dari Tuhanmu, dan hatimu tertambat pada yang lain, sungguh siapa yang mencintai sesuatu selain Allah, niscaya dia disiksa dengannya.

Jauhkanlah dirimu dari berbagai maksiat dan apa yang diharamkan Allah, seperti film dan nyanyian yang bisa menimbulkan nifaq (kemunafikan) dalam hati. Betapa banyak air mata yang kering, hati yang mengeras dan kemungkaran tampak indah disebabkan oleh adanya penyakit nifaq dalam hati. Perbanyaklah amal shalih, karena akan melahirkan ketenangan dan barokah, yakni berupa kedekatan kepada Yang Maha Penyayang, Amal Shalih juga merupakan benteng dari fitnah dan syaithan. Maka bila engkau mendapati dirimu condong pada kemaksiatan, segeralah berlari daripadanya, bergegaslah membaca Al-Qur’an, sebab kalam Allah itu merupakan penawar. Ia adalah cahaya dan petunjuk. Bacalah ayat-ayat-Nya dan renungkanlah. Mudah-mudahan dengan demikian, Allah Yang Maha Pengasih akan menyadarkanmu, lalu iringilah dengan do’a, sebab pada yang demikian itu terdapat keselamatan.

Jagalah hijabmu dari segala kesia-siaan. Jangan sekali kali meletakkannya di pundak, menghiasinya dengan berbagai perhiasan atau mengikuti perkembangan mode yang gila, demikian itu agar engkau tidak mempedaya laki-laki, orang-orang bodoh dan agar orang-orang yang mulia tidak berlindung dari kejahatanmu (ketika kamu bertabarruj).

Barusahalah untuk berteman dengan wanita-wanita shalihah. Alhamdulillah, jumlah mereka sangat banyak, terutama di tempat kuliahmu. Dan jauhilah teman-teman jahat yang meremehkan dan menganggap biasa terhadap maksiat.

Waspadalah terhadap jalan dan perilaku teman-teman yang jahat…
Waspadalah terhadap teman yang melakukan tipu daya…

Usahakanlah untuk selalu mengikuti majelis-majelis dzikir (yaitu majelis ta’lim..bukan majelis dzikir berjama’ah yang bid’ah) dan pengajian-pengajian yang diselenggarakan di masjid-masjid. Ingatlah selalu api neraka. Di dalamnya itulah kemurkaan Tuhan Yang Maha Perkasa. Sedang serigala yang selalu mengganggumu itu – dengan ajakannya pada kemungkaran - menginginkan agar engkau bersama-sama dirinya berada di dalam neraka dan jauh dari surga serta keridhaan Rabb-mu. Allah ta’ala berfirman,

“Adapun orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya). Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnhya surgalah tempat tinggal(nya).” (An-Nazi’at: 37-41)

Saudariku…

Perasaan yang ada dalam hatimu terhadap serigala itu bukanlah cinta yang sesungguhnya. Demi Allah, seandainya hatimu penuh dengan cinta kepada Allah, niscaya engkau tidak akan mendapati dalam hatimu rasa cinta kepada (si) tukang maksiat selamanya, juga dalam hatimu tidak akan terpengaruh terhadap orang yang memotivasimu melakukan maksiat.

Di bawah ini kisah seorang gadis yang sadar setelah lama terbuai dalam kelalaian yang menyakitkan –mudah-mudahan Allah mengampuni kita dan mengampuninya karena kelalaian gadis ini. Gadis itu sadar sementara dirinya telah berlumuran dengan kehinaan dan nista karena telah bercinta dengan seorang yang fasik. Tiba-tiba hatinya dipenuhi oleh rasa takut kepada Allah. Ia pun segera menghambur kepada Tuhannya, lari dari dosa-dosanya dan menghindar dari kemurkaan dan kebencian Yang Maha Perkasa, untuk menuju pada ampunan taubat dan ridho-Nya. Akhirnya ia melakukan taubat nashuha –demikianlah yang kita perkirakan, dan hanya Allah yang menilai dengan sebenar-benarnya-.

Tetapi, bukankah cintanya masih tetap mengkristal dalam hatinya? Ia telah dimabuk asmara, bahkan telah terjerumus melakukan maksiat hingga sampai pada dosa besar? Tidak, sebab dia telah membenci kemaksiatan serta orang yang menyeru kepadanya, dia telah bertaubat dan berusaha mendapatkan keselamatan, faktor-faktor kebaikan telah merasuk ke dalam hatinya, dan dengan sendirinya ia akan menghentikan berbagai kefasikan yang ada.

Saudariku, saya ingin bertanya…
Di mana pemuda pujaannya dulu? Kenapa dia melupakan dan tidak merasa kasihan padanya? Mengapa ia meninggalkannya begitu saja dan ia ingin segera lepas darinya? Semuanya telah ia tinggalkan. Sebab ia telah mengetahui –setelah Allah memberinya petunjuk- pemuda itu berada dalam kemaksiatan. Karena itu, setelah benar-benar taubat, dia harus dikeluarkan dari dalam hati, kemudian membencinya karena Allah. Cinta dan asmara yang rusak dan hina itu harus dibuang dari hati, agar selanjutnya hati itu diisi dengan cinta kepada Allah dan cinta karena-Nya.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah berkata :
“Tidaklah seseorang itu diuji dengan asmara kecuali karena kurangnya iman dan tauhidnya kepada Allah. Jika tidak, tentu hati yang kembali kepada Allah dan takut kepada-Nya mempunyai dua faktor yang memalingkannya dari asmara itu. Pertama, cinta dan kemblinya dia ke haribaan Allah. Kedua, takutnya dia kepad Allah.”

Karena itu, penuhilah hatimu dengan cinta kepada Allah, Dzat yang akan memberimu pahala berupa surga-Nya yang seluas langit dan bumi, serta melapangkan kuburanmu, jika Dia telah meridhoimu.

Pengarang kitab Tuhfatul ‘Arus (Mahmud Mahdi Al Istambuli, hal 49. cet. Dar Umar bin Khathab) berkata:
“Yang dimaksud dengan cinta di sini yaitu cinta yang memalingkan seluruh konsentrasi kepada sang kekasih secara membabi buta – na’udzubillah. Dan hal ini akan mengakibatkan pelakunya –baik sang pemuda maupun sang gadis- berada dalam kesengsaraan, kehancuran dan penyakit. Karena itu setiap orang yang berakal hendaknya berlari dari faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya cinta tersebut. Islam telah melarang untuk mendekati semua faktor-faktor itu, diantaranya:

1. kecanduan memandang kepada lawan jenis.
2. ikhtilat dan pertemuan bersama lawan jenis. Imam Ibnul Jauzi dalam kitabnya Dzammul Haw berkata: “Cinta akan semakin membara dengan semakin seringnya memandang bertemu dan bercakap-cakap.”
3. Mendengarkan syair-syair tentang cinta dan nyanyian, sebab ia akan membuai jiwa dengan bayangan dan mengukirkan gambaran orang yang dirindukannya. Lalu pandangannya menjadi buta, sehingga menganggap baik apa yang dilihatnya, jiwa pun menjadi tertawaan oleh apa yang diimpikannya.”

Saudariku…
Sesungguhnya seorang pemuda yang shalih, jika hatinya cenderung atau jatuh cinta kepada seorang gadis, entah karena mendengar kebaikannya atau karena melihatnya secara tak sengaja maka ia akan segera melamar atau berusaha menikahinya. Dalam hal ini Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda,

“Tidak tampak dua orang yang saling mencintai seperti (yang sudah terikat)dengan pernikahan” (Shahihul Jami’ – 5200)

Dan itu tanpa didahului hubungan khusus sebelumnya, -perhatikanlah masalah ini baik-baik atau dengan mencari penghubung sehingga saling bercakap-cakap dan menumpahkan perasaan, -seperti lewat telepon, surat atau lainnya- tidak pula untuk tujuan agar mengetahui seberapa dalam cinta yang ada di hatinya, juga tidak untuk mengetahui tentangnya secara apa adanya. Semua hal itu tidak akan dilakukan oleh seorang yang shalih.

Seorang yang shalih akan segera melamarnya. Jika pernikahan terjadi maka segala puji bagi Allah dan jika belum juga terlaksana atau ia bukan seorang gadis yang baik agamanya maka hatinya tak akan berharap lagi terhadap gadis yang semua diharapkannya itu. Benar, karena tidak ada gunanya lagi berhubungan dengan gadis itu, apalagi untuk mencintainya atau memikirkannya lebih jauh. Sebab hatinya telah penuh dengan cinta kepada Allah. Jika ia mencintai sesuatu maka ia mencintainya karena Allah. Jika ia membenci, maka kebenciannya itu juga karena Allah.

Jika yang dilihatnya secara tak sengaja itu orang yang sesat, maka tak mungkin ia akan mencintai orang yang dimurkai Allah karena perbuatan-perbuatannya. Tak mungkin ada tempat di hatinya untuk mencintai atau tertawan olehnya, sebab hatinya penuh dengan keta’atan, dzikir dan cinta kepada Allah. Demikian pula sebaliknya bila terjadi pada wanita.

Adalah mustahil hati yang cinta kepada Allah pada saat yang sama bercinta pula dengan lawan jenisnya. Salah satu daripadanya mesti keluar dari hati. Kedua macam cinta itu tak mungkin bertemu di satu hati. Dan orang yang berpaling dari mencintai Allah, niscaya Allah akan mengujinya dengan kecintaan kepada selainnya, lalu ia merana karenanya.

(Bersambung Insya Allah...)

Biarkan Kain Ini Menjulur pada Tubuhku..

Written by Fathimah Ummu Abdillah

Bismillahirrohamirrohim.

“Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin ; Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah dikenal, maka karena itu mereka tidak diganggu. Dan ALLOH adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang...” (QS Al Ahzab : 59)

Mungkin firman Alloh ‘Aza Wa Jalla diatas sudah tidak asing lagi ditelinga kaum muslimin pada umumnya dan maum muslimah pada khususnya. Ayatullah yang merupakan ayatul hijab, adalah merupakan seruan dan perintah Alloh kepada kaum muslimah untuk bersegera ‘datang’ guna memenuhi seruan Alloh tersebut yakni perintah berhijab guna menutup aurat.

Hijab itu sendiri sebenarnya merupakan simbol “kemerdekaan” bagi seorang muslimah. Dengan hijab dia bisa menunjukan jati dirinya. Dengan berhijab dia bisa menjaga kehormatanya. Dan dengan hijab dia bisa menjaga dirinya dari kobaran api neraka...



Mungkin bagi sebagian kaum muslimah yang sudah mendapatkan hidayah dan juga cahaya ilmu dalam memahami ayatul hijab diatas, mengenakan hijab yang sesuai dengan tuntunan syariat adalah suatu hal yang “mudah dan tidak memberatkan”.

Namun bagimana dengan saudari-saudari kita yang saat ini belum mendapatkan “kemudahan” dalam memahami hakekat hijab yang sesuai dengan pemahaman syariat islam??

Cobalah kita tengok disekitar kita....bagaimana keadaan saudari-saudari kita kaum muslimah di luaran sana...

Suatu kebanggan tersendiri sekaligus kesedihan...

Kebanggaan karena sekarang ini kita melihat semakin banyaknya saudari kita yang mengenakan hijab (jilbab_red). Dan sekaligus menjadi kesedihan tersendiri ketika kita melihat saudari-saudari kita mengenakan hijab “ala kadarnya”.

Bukan ingin menyalahkan... atau pun menjatuhkan... tulisan ini hanyalah paparan sebuah fenomena nyata yang ada di sekitar kita...



Lihatlah saudariku...

Betapa banyak sekarang ini saudari-saudari kita yang tengah mengenakan hijab.. namun sayang hijab yang mereka kenakan terkesan ‘ala kadarnya” dan “semau gue..”

Ala kadarnya bila melihat ukuranya dan tebal tipisnya... ukuran hijab yang kecil bin mungil mungkin akan lebih terlihat lebih simple saat digunakan.. maka tidak jarang, hijab ukuran anak-anak balita atau anak-anak SD kini dikenalkan oleh wanita dewasa.

Bahan yang tipis mungkin akan terlihat lebih adem saat dikenakan...tidak panas... dan tidak berat.. dan ketika angin bertiup pun... kain itu akan dengan mudahnya “tersapu angin” dan seketika, geerrrrrr.. kepala kita yang tertutup akan merasakan kesegaran yang luar biasa....

Selain hal tersebut.. mungkin akan lebih trendy bilamana hijab tersebut di desain dan di modifikasi sedemikian rupa... diikat di leher... dibentuk pita..

Dibentuk bunga.. dengan hiasan manik-manik atau bahkan bros dengan kilauan mutiara berbentuk aneka ragam.. cantik, menarik, funky, gaul, atau mungkin glamour??? Kita bebas memilih..toh “semau gue” tinggal didesain sedemikian rupa dipadu dengan busana yang dikenakan...

Ada rok balon, celana balon, celana pensil atau celana stocking atau baju-baju yang lagi “in” sekarang.. dipadu dengan tanktop plus kaos manset panjang..atau berbagai macam model baju berlengan pendek dan berukuran “tanggung” semua sah-sah saja dipakai... asal sesuai “selera gue..”



Yah... betapa miris melihat semua itu...

Hukum yang telah ditetapkan oleh syari’at hilang dan terbang begitu saja bak ditiup angin sepoi... pelan namun pasti!

Syari’at yang suci dikesampingkan begitu saja dengan dalih..”toh menutup aurat... toh rambut tidak terlihat.... toh yang penting seluruh tutup tertutup?!”

MasyaALLOH...



Aurat yang seperti apakah itu saudariku??

Wallahua’lam.....



Berkaca pada fenomena yang ada sejak jaman dahulu dan kian marak di era sekarang... nampaknya fenomena hijab trendy dengan slogan ala kadarnya dan semau gue sudah menjadi trendsetter bagi masyarakat luas...

Tidak kalah yang terkena imbas dengan adanya trend tersebut adalah kaum ibu-ibu. Ibu-ibu muda maupun yang tengah paruh baya rupanya juga telah “termakan” trendmode yang sedang ada dan berkembang di masyarakat sekarang ini.

Tidak jarang kita lihat, ibu-ibu yang sudah tidak tergolong muda lagi bahkan anak gadisnya tengah beranjak dewasapun mengikuti trend ini.

Atau bahkan..bilamana sang anak gadis memutuskan untuk mengenakan “penutup kepala” sang ibu pun ikut andil dalam menentukan mode apa yang pantas digunakan si anak. Lagi-lagi dengan dalih “cantik, menarik dan trendy..” mungkin bahasa luwesnya itu jilbab tidak akan mematikan mode!



Dan taukah saudariku???

Apa yang terjadi diluar sana? Diluar ruang lingkup sisi “ke-gaulan dan sisi ke-trendyan suatu mode hijab”??

Betapa banyak orangtua terutama seorang ibu yang merasa “risih” melihat anak gadisnya mengenakan hijab “yang semestinya”...

Yang “kebesaran lah.... gak modislah... gak anggun.. gak cantik... gak menarik karena ukurannya yang “super gedhe” dan menutup sebagian besar tubuhnya...

Menutup “pasaran” ...mana ada cowok yang mau melirik???

Susah cari kerja...

Ribet..karena kemana-mana mesti pakai kaos kaki seperti orang sakit...

Dan yang paling akhir adalah munculnya pemikiran...

“Kenapa c..kamu tidak seperti gadis-gadis lain pada umumnya yang pake jilbab tapi tetap modis dan rapi??”



Hmmm....

Tidak jarang.. mereka yang mengenakan “pakain kebesaran plus hijabnya” dicap sebagai orang “aneh”. Aneh karena gak seperti kebanyakan masyarakat pada umumnya, kaya orang arab... kaya orang pesantren..

atau bahkan.. tudingan yang paling ekstrim... ikut aliran sesat?!! Astaghfirullohaladzim.... ALLOHlah yang Maha Tahu...

Mungkin bagi orangtua yang sudah paham dengan hakekat hijab seorang muslimah..hal itu tidak akan terjadi. Tapi, bagimana orangtua yang hanya memiliki pemahaman yang “sempit” mengenai hijab yang islami??

Berbagai tudingan sering ditujukan pada anak-anak gadis mereka yang sedang mencoba menapaki jalan al Haq..

Nasehat yang terasa ‘panas’ ketika terdengar di telinga.. ucapan yang begitu mengiris hati.. sampai-sampai air mata pun terkadang tak terbendung lagi...

Permintaan demi permintaan selalu terucap dan tanpa henti-hentinya... mengingatkan sang anak untuk berpakaian “pada umumnya”

Baju ya yang umum-umum saja .. menutup aurat tanpa harus berukuran “XXLL”

Hijab ya berhijab.. tapi ya “sewajarnya” gak perlu berukuran “extra” apalagi sampai ke lutut bahkan ke betis...

Pilih warna yang cerah.. bunga-bunga kek.. kotak-kotak.. bermanik-manik...

Lebih rapi lagi kalo ujung-ujungnya diikat.. jadi tidak menutupi “keindahan” yang ada pada tubuh seorang wanita...

MasyaALLOH...



Tidak seharusnya kita menyalahkan begitu saja orangtua yang berfikiran demikian.. yang patut di”sorot” dalam hal ini adalah masyarakat muslim ditengah-tengah kita.

Bukankah orangtua pada umumnya lebih “melihat dan menengok” apa yang ada disekitarnya? Walaupun hal tersebut belum terjamin kebenarnya.. asal bersifat umum.. pasti mereka terima dengan penuh kesadaran bahwa itu baik dan dapat diterapkan.

Dan tengoklah saudari- saudari kita yang masih berjuang mempertahankan “mahkota kemerdekaan”nya.. tidak jarang hijab dan jubah-jubah yang mereka kenakan itu “terhempas” begitu saja.. berbagai ancaman seperti dibuang, dibakar, tidak dibiayai sekolah atau kuliah, tidak dianggap anak dan lain sebagainya.. tidak jarang diterima oleh mereka....

Namun, keyakinan dan kesabaran serta tawakallah insyaALLOH akan menjadi kekuatan tersendiri pada mereka untuk tetap berpegang teguh pada Al Haq.

Kebebasan yang diusung masyarakat sekarang ini ternyata telah melunturkan nilai-nilai islami itu sendiri. Syari’at yang jelas-jelas penyelamat dikesampingkan begitu saja.. pola keumuman yang berangsur menjadi adat kebiasaan masyarakat malah dijunjung tinggi!!

Bila memang keadaannya seperti ini..siapakah yang wajib disalahkan???

Kemana perginya para tokoh agama masyarakat..pak kyai atau pak ustadz atau pemuka agama lainya??

Dapatkah mereka meluruskan pemahaman masyarakat yang hakekat hijab yang islami lagi syar’i yang sesuai dengan pemahaman AlQur’an wa As Sunnah??

Bagaimana bisa...??

Lihatlah pemandangan umum yang sering kita saksikan. Tidak sedikit istri pak kyai/pak ustadz/ pemuka agama yang ada di masyarakat dan bahkan anak-anak gadisnya saja masih mengusung gerakan “bongkar-pasang” hijab!!

Bagimana mungkin masyarakat yang meneladani mereka akan sadar dan paham mengenai hakekat hijab itu sendir???

“lihat..istri pak kyai dan anak-anaknya saja jilbabnya biasa, pendek gak gedhe kaya kamu.... gak pake kaos kaki... bajunya gak kedombrangan..dll.... atau istri si pak x yang tau agama juga gak pake jilbab...dll...” juga coment-coment lainya yang sebenarnya merupakan upaya “pembenaran” dari apa yang diyakini...

Terlepas dari semua hal tersebut...juga berbagai pertikaian antara hijab syar’i VS hijab trendy... dengarlah ‘suara-suara hati’ yang mungkin saat ini tidak dapat terwakili...

Suara hati seorang hamba yang berusaha tetap istiqomah di jalan ALLOH, suara hati yang merintih dan berusaha tegar dengan berbagai terpaan tudingan yang ada padanya... juga suara hati seorang muslimah yang sedang berjuang mempertahankan jati diri dan kemerdekaanya....



Bismillahirrahmanirrohim...



Teruntuk ibunda yang lembut hatinya....

Bukan aku menetang semua kata-katamu..

Bukan aku tak mau mendengarkan nasehatmu..



Aku tahu...

Batapa besar rasa cinta dan sayangmu untuku..

Dan akupun sama...



Aku teramat sangat mencitai dan menyayangimu...

Tapi maafkan aku...

Aku tidak bisa memenuhi permintaanmu...

Aku begitu mencintai apa yang aku kenakan...

Aku mencintainya karena itu adalah seruan Alloh..

Rabb kita..



Perasaanku begitu sedih..

Manakala ibu mengatakan bahwa apa yang aku kenakan itu bukanlah suatu kewajaran...

Hatiku teriris...

Manakala ibu mengatakan bahwa aku telah “tersesat” dari jalan islam..

Dan air mataku tumpah...

Ketika ibu mengatakan semua ‘teguran-teguran keras’ kepadaku..

Semua itu terekam sebagai ancaman di pita memory otaku..



Aku tahu...

Maksud dari semua yang ibu lakukan terhadapku..

Tapi maafkan aku ibu...

Ketika Ayatulloh itu hadir dan mengisi relung keimananku yang kosong...

Entah mengapa..seruan itu begitu menyentuhku...

Menyentuh sisi kewanitaanku sebagai hambaNya yang selama ini kurang bersyukur...



Aku malu pada ALLOH ibu...

dosaku sudah bertumpuk..

Ketika aku melangkahkan kakiku setapak demi tapak dihadapan kaum adam dengan auratku yang terbuka...

Tanpa aku sadari..aku telah meletakan batu bata untuk membangun “istana” di neraka.. na’udzubillah..aku tidak menginginkannya!



Aku merasa nyaman dengan apa yang aku kenakan sekarang...

Aku merasa lebih terjaga dari pandangan nakal kaum lelaki...

Aku merasa lebih bebas bergerak..

Aku merasa lebih ‘cantik’ dihadapan Alloh..

Aku merasa menjadi diriku sendiri!!



Karena itu...

Ijinkan aku mengenakan pakaian takwa ini..

Biarkan kain ini menjulur pada tubuhku...

Biarkan dia menutup semua lekuk tubuhku..

Jangan lagi kau peduli dengan ucapan orang di luar sana...

Bukankah engkau lebih mengenal anakmu??



Ibu...

Aku selalu mencintai dan menyayangimu...

Tapi alangkah lebih menyenangkan..

Bila kita membingkai rasa cinta kita ini dengan rasa cinta kita pada ALLOH...

Karena...

Hanya Dialah yang lebih pantas kita cintai lebih dari apa pun....



Wallahu Ta’ala A’lam...