Sabtu, 20 Maret 2010

Biarkan Kain Ini Menjulur pada Tubuhku..

Written by Fathimah Ummu Abdillah

Bismillahirrohamirrohim.

“Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin ; Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah dikenal, maka karena itu mereka tidak diganggu. Dan ALLOH adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang...” (QS Al Ahzab : 59)

Mungkin firman Alloh ‘Aza Wa Jalla diatas sudah tidak asing lagi ditelinga kaum muslimin pada umumnya dan maum muslimah pada khususnya. Ayatullah yang merupakan ayatul hijab, adalah merupakan seruan dan perintah Alloh kepada kaum muslimah untuk bersegera ‘datang’ guna memenuhi seruan Alloh tersebut yakni perintah berhijab guna menutup aurat.

Hijab itu sendiri sebenarnya merupakan simbol “kemerdekaan” bagi seorang muslimah. Dengan hijab dia bisa menunjukan jati dirinya. Dengan berhijab dia bisa menjaga kehormatanya. Dan dengan hijab dia bisa menjaga dirinya dari kobaran api neraka...



Mungkin bagi sebagian kaum muslimah yang sudah mendapatkan hidayah dan juga cahaya ilmu dalam memahami ayatul hijab diatas, mengenakan hijab yang sesuai dengan tuntunan syariat adalah suatu hal yang “mudah dan tidak memberatkan”.

Namun bagimana dengan saudari-saudari kita yang saat ini belum mendapatkan “kemudahan” dalam memahami hakekat hijab yang sesuai dengan pemahaman syariat islam??

Cobalah kita tengok disekitar kita....bagaimana keadaan saudari-saudari kita kaum muslimah di luaran sana...

Suatu kebanggan tersendiri sekaligus kesedihan...

Kebanggaan karena sekarang ini kita melihat semakin banyaknya saudari kita yang mengenakan hijab (jilbab_red). Dan sekaligus menjadi kesedihan tersendiri ketika kita melihat saudari-saudari kita mengenakan hijab “ala kadarnya”.

Bukan ingin menyalahkan... atau pun menjatuhkan... tulisan ini hanyalah paparan sebuah fenomena nyata yang ada di sekitar kita...



Lihatlah saudariku...

Betapa banyak sekarang ini saudari-saudari kita yang tengah mengenakan hijab.. namun sayang hijab yang mereka kenakan terkesan ‘ala kadarnya” dan “semau gue..”

Ala kadarnya bila melihat ukuranya dan tebal tipisnya... ukuran hijab yang kecil bin mungil mungkin akan lebih terlihat lebih simple saat digunakan.. maka tidak jarang, hijab ukuran anak-anak balita atau anak-anak SD kini dikenalkan oleh wanita dewasa.

Bahan yang tipis mungkin akan terlihat lebih adem saat dikenakan...tidak panas... dan tidak berat.. dan ketika angin bertiup pun... kain itu akan dengan mudahnya “tersapu angin” dan seketika, geerrrrrr.. kepala kita yang tertutup akan merasakan kesegaran yang luar biasa....

Selain hal tersebut.. mungkin akan lebih trendy bilamana hijab tersebut di desain dan di modifikasi sedemikian rupa... diikat di leher... dibentuk pita..

Dibentuk bunga.. dengan hiasan manik-manik atau bahkan bros dengan kilauan mutiara berbentuk aneka ragam.. cantik, menarik, funky, gaul, atau mungkin glamour??? Kita bebas memilih..toh “semau gue” tinggal didesain sedemikian rupa dipadu dengan busana yang dikenakan...

Ada rok balon, celana balon, celana pensil atau celana stocking atau baju-baju yang lagi “in” sekarang.. dipadu dengan tanktop plus kaos manset panjang..atau berbagai macam model baju berlengan pendek dan berukuran “tanggung” semua sah-sah saja dipakai... asal sesuai “selera gue..”



Yah... betapa miris melihat semua itu...

Hukum yang telah ditetapkan oleh syari’at hilang dan terbang begitu saja bak ditiup angin sepoi... pelan namun pasti!

Syari’at yang suci dikesampingkan begitu saja dengan dalih..”toh menutup aurat... toh rambut tidak terlihat.... toh yang penting seluruh tutup tertutup?!”

MasyaALLOH...



Aurat yang seperti apakah itu saudariku??

Wallahua’lam.....



Berkaca pada fenomena yang ada sejak jaman dahulu dan kian marak di era sekarang... nampaknya fenomena hijab trendy dengan slogan ala kadarnya dan semau gue sudah menjadi trendsetter bagi masyarakat luas...

Tidak kalah yang terkena imbas dengan adanya trend tersebut adalah kaum ibu-ibu. Ibu-ibu muda maupun yang tengah paruh baya rupanya juga telah “termakan” trendmode yang sedang ada dan berkembang di masyarakat sekarang ini.

Tidak jarang kita lihat, ibu-ibu yang sudah tidak tergolong muda lagi bahkan anak gadisnya tengah beranjak dewasapun mengikuti trend ini.

Atau bahkan..bilamana sang anak gadis memutuskan untuk mengenakan “penutup kepala” sang ibu pun ikut andil dalam menentukan mode apa yang pantas digunakan si anak. Lagi-lagi dengan dalih “cantik, menarik dan trendy..” mungkin bahasa luwesnya itu jilbab tidak akan mematikan mode!



Dan taukah saudariku???

Apa yang terjadi diluar sana? Diluar ruang lingkup sisi “ke-gaulan dan sisi ke-trendyan suatu mode hijab”??

Betapa banyak orangtua terutama seorang ibu yang merasa “risih” melihat anak gadisnya mengenakan hijab “yang semestinya”...

Yang “kebesaran lah.... gak modislah... gak anggun.. gak cantik... gak menarik karena ukurannya yang “super gedhe” dan menutup sebagian besar tubuhnya...

Menutup “pasaran” ...mana ada cowok yang mau melirik???

Susah cari kerja...

Ribet..karena kemana-mana mesti pakai kaos kaki seperti orang sakit...

Dan yang paling akhir adalah munculnya pemikiran...

“Kenapa c..kamu tidak seperti gadis-gadis lain pada umumnya yang pake jilbab tapi tetap modis dan rapi??”



Hmmm....

Tidak jarang.. mereka yang mengenakan “pakain kebesaran plus hijabnya” dicap sebagai orang “aneh”. Aneh karena gak seperti kebanyakan masyarakat pada umumnya, kaya orang arab... kaya orang pesantren..

atau bahkan.. tudingan yang paling ekstrim... ikut aliran sesat?!! Astaghfirullohaladzim.... ALLOHlah yang Maha Tahu...

Mungkin bagi orangtua yang sudah paham dengan hakekat hijab seorang muslimah..hal itu tidak akan terjadi. Tapi, bagimana orangtua yang hanya memiliki pemahaman yang “sempit” mengenai hijab yang islami??

Berbagai tudingan sering ditujukan pada anak-anak gadis mereka yang sedang mencoba menapaki jalan al Haq..

Nasehat yang terasa ‘panas’ ketika terdengar di telinga.. ucapan yang begitu mengiris hati.. sampai-sampai air mata pun terkadang tak terbendung lagi...

Permintaan demi permintaan selalu terucap dan tanpa henti-hentinya... mengingatkan sang anak untuk berpakaian “pada umumnya”

Baju ya yang umum-umum saja .. menutup aurat tanpa harus berukuran “XXLL”

Hijab ya berhijab.. tapi ya “sewajarnya” gak perlu berukuran “extra” apalagi sampai ke lutut bahkan ke betis...

Pilih warna yang cerah.. bunga-bunga kek.. kotak-kotak.. bermanik-manik...

Lebih rapi lagi kalo ujung-ujungnya diikat.. jadi tidak menutupi “keindahan” yang ada pada tubuh seorang wanita...

MasyaALLOH...



Tidak seharusnya kita menyalahkan begitu saja orangtua yang berfikiran demikian.. yang patut di”sorot” dalam hal ini adalah masyarakat muslim ditengah-tengah kita.

Bukankah orangtua pada umumnya lebih “melihat dan menengok” apa yang ada disekitarnya? Walaupun hal tersebut belum terjamin kebenarnya.. asal bersifat umum.. pasti mereka terima dengan penuh kesadaran bahwa itu baik dan dapat diterapkan.

Dan tengoklah saudari- saudari kita yang masih berjuang mempertahankan “mahkota kemerdekaan”nya.. tidak jarang hijab dan jubah-jubah yang mereka kenakan itu “terhempas” begitu saja.. berbagai ancaman seperti dibuang, dibakar, tidak dibiayai sekolah atau kuliah, tidak dianggap anak dan lain sebagainya.. tidak jarang diterima oleh mereka....

Namun, keyakinan dan kesabaran serta tawakallah insyaALLOH akan menjadi kekuatan tersendiri pada mereka untuk tetap berpegang teguh pada Al Haq.

Kebebasan yang diusung masyarakat sekarang ini ternyata telah melunturkan nilai-nilai islami itu sendiri. Syari’at yang jelas-jelas penyelamat dikesampingkan begitu saja.. pola keumuman yang berangsur menjadi adat kebiasaan masyarakat malah dijunjung tinggi!!

Bila memang keadaannya seperti ini..siapakah yang wajib disalahkan???

Kemana perginya para tokoh agama masyarakat..pak kyai atau pak ustadz atau pemuka agama lainya??

Dapatkah mereka meluruskan pemahaman masyarakat yang hakekat hijab yang islami lagi syar’i yang sesuai dengan pemahaman AlQur’an wa As Sunnah??

Bagaimana bisa...??

Lihatlah pemandangan umum yang sering kita saksikan. Tidak sedikit istri pak kyai/pak ustadz/ pemuka agama yang ada di masyarakat dan bahkan anak-anak gadisnya saja masih mengusung gerakan “bongkar-pasang” hijab!!

Bagimana mungkin masyarakat yang meneladani mereka akan sadar dan paham mengenai hakekat hijab itu sendir???

“lihat..istri pak kyai dan anak-anaknya saja jilbabnya biasa, pendek gak gedhe kaya kamu.... gak pake kaos kaki... bajunya gak kedombrangan..dll.... atau istri si pak x yang tau agama juga gak pake jilbab...dll...” juga coment-coment lainya yang sebenarnya merupakan upaya “pembenaran” dari apa yang diyakini...

Terlepas dari semua hal tersebut...juga berbagai pertikaian antara hijab syar’i VS hijab trendy... dengarlah ‘suara-suara hati’ yang mungkin saat ini tidak dapat terwakili...

Suara hati seorang hamba yang berusaha tetap istiqomah di jalan ALLOH, suara hati yang merintih dan berusaha tegar dengan berbagai terpaan tudingan yang ada padanya... juga suara hati seorang muslimah yang sedang berjuang mempertahankan jati diri dan kemerdekaanya....



Bismillahirrahmanirrohim...



Teruntuk ibunda yang lembut hatinya....

Bukan aku menetang semua kata-katamu..

Bukan aku tak mau mendengarkan nasehatmu..



Aku tahu...

Batapa besar rasa cinta dan sayangmu untuku..

Dan akupun sama...



Aku teramat sangat mencitai dan menyayangimu...

Tapi maafkan aku...

Aku tidak bisa memenuhi permintaanmu...

Aku begitu mencintai apa yang aku kenakan...

Aku mencintainya karena itu adalah seruan Alloh..

Rabb kita..



Perasaanku begitu sedih..

Manakala ibu mengatakan bahwa apa yang aku kenakan itu bukanlah suatu kewajaran...

Hatiku teriris...

Manakala ibu mengatakan bahwa aku telah “tersesat” dari jalan islam..

Dan air mataku tumpah...

Ketika ibu mengatakan semua ‘teguran-teguran keras’ kepadaku..

Semua itu terekam sebagai ancaman di pita memory otaku..



Aku tahu...

Maksud dari semua yang ibu lakukan terhadapku..

Tapi maafkan aku ibu...

Ketika Ayatulloh itu hadir dan mengisi relung keimananku yang kosong...

Entah mengapa..seruan itu begitu menyentuhku...

Menyentuh sisi kewanitaanku sebagai hambaNya yang selama ini kurang bersyukur...



Aku malu pada ALLOH ibu...

dosaku sudah bertumpuk..

Ketika aku melangkahkan kakiku setapak demi tapak dihadapan kaum adam dengan auratku yang terbuka...

Tanpa aku sadari..aku telah meletakan batu bata untuk membangun “istana” di neraka.. na’udzubillah..aku tidak menginginkannya!



Aku merasa nyaman dengan apa yang aku kenakan sekarang...

Aku merasa lebih terjaga dari pandangan nakal kaum lelaki...

Aku merasa lebih bebas bergerak..

Aku merasa lebih ‘cantik’ dihadapan Alloh..

Aku merasa menjadi diriku sendiri!!



Karena itu...

Ijinkan aku mengenakan pakaian takwa ini..

Biarkan kain ini menjulur pada tubuhku...

Biarkan dia menutup semua lekuk tubuhku..

Jangan lagi kau peduli dengan ucapan orang di luar sana...

Bukankah engkau lebih mengenal anakmu??



Ibu...

Aku selalu mencintai dan menyayangimu...

Tapi alangkah lebih menyenangkan..

Bila kita membingkai rasa cinta kita ini dengan rasa cinta kita pada ALLOH...

Karena...

Hanya Dialah yang lebih pantas kita cintai lebih dari apa pun....



Wallahu Ta’ala A’lam...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar