Sabtu, 20 Maret 2010

sepenggal kisah cinta yang semu (part1)

Jawaban Surat Gadis Kedua...(Bagian 1)

by el hanif

Saudariku…

Renungkanlah, Allah sudah demikian banyak menutupi keburukan dirimu. Apakah dirahasiakannya keburukanmu dan dilambatkannya siksa atasmu membuatmu terpedaya? Bukankah anda tidak mengetahui siksa apa yang bakal ditimpakan Allah padamu jika kamu masih terus-menerus melakukan maksiat? Banyak sekali maksiat yang berupa khianat balasannya sangat memalukan –kita memohon kepada Allah agar menyelamtkan kita dari yang demikian-. Masihkan anda ingat kisah yang masih sering disampaikan oleh para khatib dan saya sampaikan pada waktu kuliah? Kisah tentang seorang gadis senang dan yang terus-menerus berpacaran. Ia tidak keluar kecuali bersama seseorang yang dirahasiakan Allah. Selanjutnya laki-laki itu menikahinya, tetapi perempuan itu masih senang bercengkerama dengan laki-laki lain lewat telepon hingga setelah menikah. Dia telah kecanduan duduk dihadapan telepon, sehingga kegiatan itu menjadi suatu kebiasaan baginya. Ia terus melakukannya, dan menganggap hal itu sebagai masalah kecil. Ia memang tidak keluar dan tidak menemui seorang pun.

Tetapi, Maha Suci Allah, siapa yang memberinya tenggang waktu dan merahasiakan perbuatannya? Jika seorang hamba yang melakukan maksiat tidak mau berhenti dan belum juga mau bertaubat maka Allah akan membiarkan dirinya, lalu menggantungkan segalanya kepada kekuatan orang iru sendiri. Kemudian setan pun dengan mudah dapat menguasai dirinya dan ia pun semakin terkurung dengan berbagai keburukannya. Akhirnya setelah melalui rayuan yang berulang kali, perempuan itu mau keluar bersama lelaki penelponnya. Ujung cerita, ia dipaksa melayani nafsu lelaki serigala itu. Perempuan itu memberontak, tetapi ia tak berdaya. Terjadilah perkosaan yang keji itu. Setelah itu –untuk menghilangkan jejak- perempuan malang itu pun dibunuh. Semoga Allah mengampuni kita dan anda, wahai Saudariku.

Terus-menerus melakukan maksiat adalah pertanda bahaya. Karena itu waspadalah wahai saudari yang sedang mencari hidayah. Apakah anda juga belum pernah mendengar peristiwa yang disebutkan oleh salah seorang Syaikh saat beliau datang ke fakultas kita. Ya, tentang seorang wanita yang keluar rumah bersama kekasihnya tanpa sepengetahuan keluarganya. Lalu, terjadilah kecelakaan lalu lintas yang mengerikan. Salah seorang mahramnya yang menyaksikan peristiwa itu mengabarkan kepada saya, darah wanita itu mengalir deras, sedang buku-buku diktat kuliah ada disampingnya, di dalam mobil. Sedang perempuan itu perlahan-lahan mengeluarkan nafasnya yang penghabisan. Ia akhirnya meninggal di rumah sakit. Adapun kawan prianya, tubuhnya remuk dan seketika meninggal di tempat sebelum dibawa ke rumah sakit –kita berlindung kepada Allah dari su’ul khatimah-. Tidakkah saudari berfikir, bahwa sewaktu-waktu malaikat bisa mencabut nyawamu, dan engkau sedang bercengkerama dengan serigala itu? Relakah anda dengan su’ul khatimah seperti ini?

Saudariku.....
Selamatkanlah dirimu dan ingatlah keluargamu.
Wahai ayah-ibuku, wahai saudara-saudariku. Kalian telah memberiku kepercayaan. Aku kini mengkhianati kepercayaan itu, aku telah menipu kalian. Duhai ayah, duhai ibu, jika engkau mengetahui puterimu yang dulu engkau timang-timang, engkau pandang sebagai seorang anak kecil yang bebas dan bersih maka kini dia telah besar dalam pandanganmu. Tetapi, ia kini telah mengkhianatimu, wahai ibu tercinta, wahai yang menjaga kemuliaan dan iffah. Dahulu jika engkau mengetahui apa yang dilakukan oleh puterimu dan dengan siapa dia berbicara? Inilah saya, anak yang mengkhianatimu, dan anda mengira bahwa saya seorang yang bersih dan jujur. Ya, sebagaimana serigala itu menipuku sedang aku mengira dia seorang yang jujur!
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Tanyalah dirimu sendiri wahai gadis yang sedang berpuasa pada bulan yang mulia ini (saya menuliskan surat untuk gadis kedua ini pada bulan Ramadhan, 1412 H). bagaimana aku berpuasa dari yang halal untuk Allah dan aku berbuka dengan sesuatu yang diharamkan atasku? Aku melakukan pembicaraan dengan pemuda asing, duhai alangkah kotor diriku, kenapa semua ini terjadi?

Apakah serigala itu patut mendapatkan harga mahal ini dariku. Aku berikan padanya namaku dan nama keluargaku. Aku korbankan kehormatanku dan aku khianati kepercayaan keluargaku. Aku hidup dalam kebingungan, ketakutan dan kesakitan. Aku takut kelak aku dipermalukan Allah. Aku telah berbuat maksiat kepada Tuhanku. Aku perdengarkan padanya suara lembut penuh mesra, padahal Allah berfirman:

“Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya, dan ucapkanlah perkataan yang baik.” (Al-Ahzab : 32).

Mengapa aku rela dengan pendosa iru, sehingga aku membuat murka Penguasa Langit? Mengapa aku memberinya kenikmatan sementara dia sudah menikmati dari perempuan-perempuan lain yang lalai sepertiku? Dialah orang yang membuatku meremehkan masalah percakapan dengan lawan jenis. Bahkan ia telah mampu mengubah cara pandangku, sehingga aku menganggapnya sebagai soal biasa dan aku tidak merasa kalau sedang berbuat maksiat kepada Allah. Ya, semua itu setelah saya kehilangan banyak rasa maluku karena bersamanya, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,
“Sesungguhnya rasa malu dan iman itu keduanya dipersandingkan. Jika salah satunya diangkat (hilang) maka akan hilang pula yang lain.” (Shahihul Jami’ (1603)).

Bagaimana saya memikirkannya selalu, sedangkan dia adalah orang yang mengajakku agar aku bertemu dengannya, dialah orang yang mengajakku melakukan kemungkaran besar, agar aku menanggalkan hijabku, kemudian iffahku yang hal itu akan mengantarkanku pada Nearaka Jahannam, kecuali jika Allah segera menolongku saat aku ingin melanjutkan kisah baru dari kisah-kisah pacaran yang mengakibatkan dosa, sesuatu yang akhirnya sangat menyakitkan.

Suara saya yang lembut yang ia dengarkan, ungkapan kalimat-kalimat saya yang indah serta segenap cintaku seyogyanya hanyalah aku berikan kepada seorang laki-laki saja. Dia adalah suamiku yang shalih, dalam sebuah bingkai syari’at yang diridhoi Tuhanku. Dan itulah panggilan fitrahku, juga keluargaku. Adapun serigala itu, dia telah mengambil banyak hal dariku. Adapun serigala itu, dia telah mengambil banyak hal dariku. Dan untuk itu aku harus korbankan agama dan rasa maluku. Demikian mahalkah harga yang harus kubayar? Duduklah wahai saudariku, renungkanlah tentang dirimu sendiri, lakukanlah hisab atasnya, cemoohlah dirimu dengan kata-kata di atas, mudah-mudahan dia sadar.

Saudariku, ma’afkanlah saya jika telah bersikap kasar padamu. Demi Allah, ini adalah karena kasih sayangku padamu. Ya, betapa mudahnya engkau kena tipu? Dan sekarang seakan anda berkata, saya telah mengetahui dosa-dosaku, kemana dan dimana saya mendapatkan jalan keselamatan?

Saudariku, dengarlah apa yang kukatakan, berfikirlah secara jernih dan percayalah pada apa yang ada di sisi Allah, yakinlah bahwa Dia Maha Pengampun, Maha Penyayang, tetapi juga siksa-Nya sangat pedih.

Sesungguhnya jalan pertama kali untuk taubat adalah mengakui kesalahan dan dosa. Orang yang tidak mengakui kalau dirinya berdosa dan banyak dan banyak meremehkan di sisi Allah adalah orang yang tidak mau mendapat petunjuk. Ya, akuilah bahwa perbuatanmu itu sebagai suatu maksiat, tidak saja karena dia bisa menjerumuskan kepada perbuatan mungkar, atau yang lebih besar daripada itu, tetapi karena perbuatan itu sendiri merupakan maksiat. Bercakap-cakap dengan pemuda bukan mahram lalu menjalin hubungan khusus dengannya hukumnya adlaah haram. Menyesallah atas masa lalumu dan mohonlah ampun kepada Allah. Segeralah meninggalkan perbuatan burukmu dan teguhkanlah niat untuk tidak kembali lagi melakukan maksiat. Bagaimana anda menginginkan taubat dan lepas dari masa lalu, sedang setiap kali iman anda melemah anda kembali melakukan maksiat yang sama? Putuskanlah hubungan yang mengakibatkan dosa itu, meskipun engkau berdalih bahwa ia sekedar hubungan biasa, dan demi kebebasan. Lalu, kebebasan macam apa jika hubungan itu malah menimbulkan fitnah antara kedua remaja yang berlawanan jenis itu? Karena itu, saat engkau mengangkat gagang telepon, letakkanlah kembali gagang tekepon itu jika yang terdengar di seberang adalah suara pemuda itu. Tutuplah telepon tanpa mengucapkan sepatah kata pun, sehingga masalahnya tidak mengembang. Tutuplah telepon di hadapan muka para serigala pengganggu itu - kita memohon kepada Allah semoga Dia memberi petunjuk kepada mereka dan tidak merusak anak-anak gadis kita.

Islam sangat memperhatikan dalam hal menjauhkan para wanita dari berhubungan dengan laki-laki, juga dari segala sesuatu yang menimbulkan fitnah, Allah memerintahkan para wanita untuk tetap tinggal di dalam rumah dan tidak keluar kecuali untuk suatu keperluan. Ia juga memerintahkan para wanita mengenakan pakaian hijab yang menutup semua badan, melarang mereka lemah lembut dalam berbicara, bercampur baur dengan laki-laki, juga melarang khalwat.

“Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka” (Al-Ahzab: 53).

Kemudian jika Anda mendapati diri dalam keadaan lemah dan cenderung kepada maksiat maka bangkitlah wahai muslimah yang bertaubat, angkatlah kedua telapak tanganmu kepada Allah, meminta dan memohon dengan penuh merendahkan diri agar engkau dijauhkan dari maksiat tersebut. Mintalah kepada-Nya agar Ia membuatmu cinta kepada keimanan, menjadikannya sebagai perhiasan dalam dadamu (dan) agar Ia membuatmu benci terhadap kefasikan dan kemaksiatan, serta agar Ia menjadikanmu di antara orang-orang yang mendapat petunjuk.

Angkatlah kedua telapak tanganmu kepada Rabb-mu, menangislah banyak-banyak, demi Allah engkau terlalu banyak meremehkan di sisi-Nya. Demi Allah, Ia akan mengabulkan permohonanmu. Bagaimana tidak, sedangkan Dia mengabulkan permohonan kita dalam urusan-urusan dunia, apatah lagi terhadap urusan agama kita? Rendahkanlah dirimu dihadapan-Nya, sehingga Ia memalingkanmu dari serigala itu, juga dari maksiat hatimu. Semoga Dia merahasiakan aibmu dan menghilangkan ketakutan, kesakitan dan kebingunganmu, yang semua itu tidak terjadi kecuali karena engkau jauh dari Tuhanmu, dan hatimu tertambat pada yang lain, sungguh siapa yang mencintai sesuatu selain Allah, niscaya dia disiksa dengannya.

Jauhkanlah dirimu dari berbagai maksiat dan apa yang diharamkan Allah, seperti film dan nyanyian yang bisa menimbulkan nifaq (kemunafikan) dalam hati. Betapa banyak air mata yang kering, hati yang mengeras dan kemungkaran tampak indah disebabkan oleh adanya penyakit nifaq dalam hati. Perbanyaklah amal shalih, karena akan melahirkan ketenangan dan barokah, yakni berupa kedekatan kepada Yang Maha Penyayang, Amal Shalih juga merupakan benteng dari fitnah dan syaithan. Maka bila engkau mendapati dirimu condong pada kemaksiatan, segeralah berlari daripadanya, bergegaslah membaca Al-Qur’an, sebab kalam Allah itu merupakan penawar. Ia adalah cahaya dan petunjuk. Bacalah ayat-ayat-Nya dan renungkanlah. Mudah-mudahan dengan demikian, Allah Yang Maha Pengasih akan menyadarkanmu, lalu iringilah dengan do’a, sebab pada yang demikian itu terdapat keselamatan.

Jagalah hijabmu dari segala kesia-siaan. Jangan sekali kali meletakkannya di pundak, menghiasinya dengan berbagai perhiasan atau mengikuti perkembangan mode yang gila, demikian itu agar engkau tidak mempedaya laki-laki, orang-orang bodoh dan agar orang-orang yang mulia tidak berlindung dari kejahatanmu (ketika kamu bertabarruj).

Barusahalah untuk berteman dengan wanita-wanita shalihah. Alhamdulillah, jumlah mereka sangat banyak, terutama di tempat kuliahmu. Dan jauhilah teman-teman jahat yang meremehkan dan menganggap biasa terhadap maksiat.

Waspadalah terhadap jalan dan perilaku teman-teman yang jahat…
Waspadalah terhadap teman yang melakukan tipu daya…

Usahakanlah untuk selalu mengikuti majelis-majelis dzikir (yaitu majelis ta’lim..bukan majelis dzikir berjama’ah yang bid’ah) dan pengajian-pengajian yang diselenggarakan di masjid-masjid. Ingatlah selalu api neraka. Di dalamnya itulah kemurkaan Tuhan Yang Maha Perkasa. Sedang serigala yang selalu mengganggumu itu – dengan ajakannya pada kemungkaran - menginginkan agar engkau bersama-sama dirinya berada di dalam neraka dan jauh dari surga serta keridhaan Rabb-mu. Allah ta’ala berfirman,

“Adapun orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya). Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnhya surgalah tempat tinggal(nya).” (An-Nazi’at: 37-41)

Saudariku…

Perasaan yang ada dalam hatimu terhadap serigala itu bukanlah cinta yang sesungguhnya. Demi Allah, seandainya hatimu penuh dengan cinta kepada Allah, niscaya engkau tidak akan mendapati dalam hatimu rasa cinta kepada (si) tukang maksiat selamanya, juga dalam hatimu tidak akan terpengaruh terhadap orang yang memotivasimu melakukan maksiat.

Di bawah ini kisah seorang gadis yang sadar setelah lama terbuai dalam kelalaian yang menyakitkan –mudah-mudahan Allah mengampuni kita dan mengampuninya karena kelalaian gadis ini. Gadis itu sadar sementara dirinya telah berlumuran dengan kehinaan dan nista karena telah bercinta dengan seorang yang fasik. Tiba-tiba hatinya dipenuhi oleh rasa takut kepada Allah. Ia pun segera menghambur kepada Tuhannya, lari dari dosa-dosanya dan menghindar dari kemurkaan dan kebencian Yang Maha Perkasa, untuk menuju pada ampunan taubat dan ridho-Nya. Akhirnya ia melakukan taubat nashuha –demikianlah yang kita perkirakan, dan hanya Allah yang menilai dengan sebenar-benarnya-.

Tetapi, bukankah cintanya masih tetap mengkristal dalam hatinya? Ia telah dimabuk asmara, bahkan telah terjerumus melakukan maksiat hingga sampai pada dosa besar? Tidak, sebab dia telah membenci kemaksiatan serta orang yang menyeru kepadanya, dia telah bertaubat dan berusaha mendapatkan keselamatan, faktor-faktor kebaikan telah merasuk ke dalam hatinya, dan dengan sendirinya ia akan menghentikan berbagai kefasikan yang ada.

Saudariku, saya ingin bertanya…
Di mana pemuda pujaannya dulu? Kenapa dia melupakan dan tidak merasa kasihan padanya? Mengapa ia meninggalkannya begitu saja dan ia ingin segera lepas darinya? Semuanya telah ia tinggalkan. Sebab ia telah mengetahui –setelah Allah memberinya petunjuk- pemuda itu berada dalam kemaksiatan. Karena itu, setelah benar-benar taubat, dia harus dikeluarkan dari dalam hati, kemudian membencinya karena Allah. Cinta dan asmara yang rusak dan hina itu harus dibuang dari hati, agar selanjutnya hati itu diisi dengan cinta kepada Allah dan cinta karena-Nya.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah berkata :
“Tidaklah seseorang itu diuji dengan asmara kecuali karena kurangnya iman dan tauhidnya kepada Allah. Jika tidak, tentu hati yang kembali kepada Allah dan takut kepada-Nya mempunyai dua faktor yang memalingkannya dari asmara itu. Pertama, cinta dan kemblinya dia ke haribaan Allah. Kedua, takutnya dia kepad Allah.”

Karena itu, penuhilah hatimu dengan cinta kepada Allah, Dzat yang akan memberimu pahala berupa surga-Nya yang seluas langit dan bumi, serta melapangkan kuburanmu, jika Dia telah meridhoimu.

Pengarang kitab Tuhfatul ‘Arus (Mahmud Mahdi Al Istambuli, hal 49. cet. Dar Umar bin Khathab) berkata:
“Yang dimaksud dengan cinta di sini yaitu cinta yang memalingkan seluruh konsentrasi kepada sang kekasih secara membabi buta – na’udzubillah. Dan hal ini akan mengakibatkan pelakunya –baik sang pemuda maupun sang gadis- berada dalam kesengsaraan, kehancuran dan penyakit. Karena itu setiap orang yang berakal hendaknya berlari dari faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya cinta tersebut. Islam telah melarang untuk mendekati semua faktor-faktor itu, diantaranya:

1. kecanduan memandang kepada lawan jenis.
2. ikhtilat dan pertemuan bersama lawan jenis. Imam Ibnul Jauzi dalam kitabnya Dzammul Haw berkata: “Cinta akan semakin membara dengan semakin seringnya memandang bertemu dan bercakap-cakap.”
3. Mendengarkan syair-syair tentang cinta dan nyanyian, sebab ia akan membuai jiwa dengan bayangan dan mengukirkan gambaran orang yang dirindukannya. Lalu pandangannya menjadi buta, sehingga menganggap baik apa yang dilihatnya, jiwa pun menjadi tertawaan oleh apa yang diimpikannya.”

Saudariku…
Sesungguhnya seorang pemuda yang shalih, jika hatinya cenderung atau jatuh cinta kepada seorang gadis, entah karena mendengar kebaikannya atau karena melihatnya secara tak sengaja maka ia akan segera melamar atau berusaha menikahinya. Dalam hal ini Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda,

“Tidak tampak dua orang yang saling mencintai seperti (yang sudah terikat)dengan pernikahan” (Shahihul Jami’ – 5200)

Dan itu tanpa didahului hubungan khusus sebelumnya, -perhatikanlah masalah ini baik-baik atau dengan mencari penghubung sehingga saling bercakap-cakap dan menumpahkan perasaan, -seperti lewat telepon, surat atau lainnya- tidak pula untuk tujuan agar mengetahui seberapa dalam cinta yang ada di hatinya, juga tidak untuk mengetahui tentangnya secara apa adanya. Semua hal itu tidak akan dilakukan oleh seorang yang shalih.

Seorang yang shalih akan segera melamarnya. Jika pernikahan terjadi maka segala puji bagi Allah dan jika belum juga terlaksana atau ia bukan seorang gadis yang baik agamanya maka hatinya tak akan berharap lagi terhadap gadis yang semua diharapkannya itu. Benar, karena tidak ada gunanya lagi berhubungan dengan gadis itu, apalagi untuk mencintainya atau memikirkannya lebih jauh. Sebab hatinya telah penuh dengan cinta kepada Allah. Jika ia mencintai sesuatu maka ia mencintainya karena Allah. Jika ia membenci, maka kebenciannya itu juga karena Allah.

Jika yang dilihatnya secara tak sengaja itu orang yang sesat, maka tak mungkin ia akan mencintai orang yang dimurkai Allah karena perbuatan-perbuatannya. Tak mungkin ada tempat di hatinya untuk mencintai atau tertawan olehnya, sebab hatinya penuh dengan keta’atan, dzikir dan cinta kepada Allah. Demikian pula sebaliknya bila terjadi pada wanita.

Adalah mustahil hati yang cinta kepada Allah pada saat yang sama bercinta pula dengan lawan jenisnya. Salah satu daripadanya mesti keluar dari hati. Kedua macam cinta itu tak mungkin bertemu di satu hati. Dan orang yang berpaling dari mencintai Allah, niscaya Allah akan mengujinya dengan kecintaan kepada selainnya, lalu ia merana karenanya.

(Bersambung Insya Allah...)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar